Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kiat Sederhana Mencari Teman Saat Sudah Dewasa, Menurut Sains

Namun, seiring bertambahnya usia, hubungan pertemanan menjadi begitu kompleks dan tidak semudah anak-anak. Setiap orang biasanya memiliki prioritas dan kepentingan yang berbeda, juga preferensi dan idealismenya sendiri.

Hal ini mengakibatkan kita lebih selektif dalam menjalin hubungan pertemanan, dan membagi setiap orang dalam kategori berbeda, misalnya sekedar kenalan, rekan, teman, sahabat dekat, rival, bahkan musuh.

Ketika masih muda, mungkin kita menganggap bahwa koneksi akan bertambah seiring meluasnya lingkup pergaulan, dan semakin tua kita akan memiliki banyak teman baru. Hubungan dengan kawan lama juga dianggap akan langgeng dan awet hingga masa tua nanti, tanpa perlu memelihara silaturahim dan interaksi yang konstan.

Sayangnya, kenyataan berkata lain. Untuk menjalin koneksi yang intim diperlukan usaha dan kesepahaman antar kedua belah pihak, dan kesempatan untuk menjalin hal tersebut juga sifatnya terbatas serta bergantung pada kondisi dan situasi yang berubah-ubah.

Hubungan pertemanan yang telah lama terbentuk lambat laun akan mengalami perubahan, tidak lagi memiliki intensitas yang sama seperti dahulu. Apalagi jika frekuensi kontak dan bertemu langsung semakin berkurang.

Hasilnya, tidak sedikit orang dewasa yang merasa sendirian dan kesepian. Beberapa bahkan takut untuk mencoba memulai hubungan pertemanan dan mengisolasi diri dari kesempatan yang ada.

Permasalahan ini merupakan fenomena global yang sering dijumpai di berbagai belahan dunia, tanpa memandang latar belakang budaya yang berbeda-beda.

Lantas, bagaimana cara memulai pertemanan saat dewasa?

Salah satunya nampak begitu sederhana, yaitu menghabiskan waktu lebih banyak dengan seseorang yang ingin diajak berteman. Semakin sering frekuensi pertemuan, maka orang tersebut akan merasa familiar dan terbiasa akan keberadaan kita.

Hal ini dikenal sebagai fenomena mere-exposure effect.

Selain hubungan secara langsung, fenomena ini juga berlaku dalam komunikasi online. Sebagai contoh, semakin sering kita berbincang dengan seseorang yang tidak kita kenal sama sekali di suatu forum online, maka kita akan mempersepsikan orang tersebut sebagai kenalan dan kita menjadi tertarik untuk mengenalnya di dunia nyata.

Jika seseorang telah terbiasa melihat kita, kita akan memiliki kepercayaan lebih tinggi untuk mulai menyapa dan memperkenalkan diri terlebih dahulu.

Meski demikian, perlu diingat bahwa hubungan pertemanan membutuhkan proses, sehingga janganlah terburu-buru dan menerapkan ekspektasi yang berlebihan.

Berdasarkan studi, percakapan dengan topik yang cukup intens dan mendalam, misalnya mengenai pandangan pribadi terkait hubungan yang ideal, dapat meningkatkan kedekatan antara orang yang sebelumnya tidak saling mengenal satu sama lain.

Mencoba bergabung dengan komunitas yang memiliki kesamaan minat juga dapat menjadi jalan untuk membangun hubungan pertemanan saat dewasa. Minat yang sama dapat dijadikan bahan percakapan, atau ice breaker, sehingga perlahan akan terbangun rasa saling percaya.

Terakhir, cobalah untuk meredam perasaan kesepian yang seringkali muncul. Menurut studi, rasa kesepian yang terus dihayati justru memancing kita untuk menjauhi orang sekitar. Hal ini tentunya akan membentuk siklus umpan balik yang akan mengamplifikasi rasa kesepian.

Kabar baiknya, rasa kesepian yang muncul ini dapat dilawan dengan cara sederhana, misalnya mengingat hal baik yang terjadi pada kita di hari ini, atau sekedar menyapa orang yang kita jumpai.

https://sains.kompas.com/read/2019/06/30/094033223/kiat-sederhana-mencari-teman-saat-sudah-dewasa-menurut-sains

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke