Dalam laporan yang terbit di jurnal PLOS ONE, Rabu (5/6/2019), Andreas G. Heiss dari Austria Archaeological Institute (ÖAW -ÖAI) dan koleganya menjabarkan makanan kuno berbentuk cincin.
Mereka menduga, makanan ini adalah sereal di masa Perunggu yang dibentuk mirip cincin atau donat kecil berdiameter tiga sentimeter.
Bukti keberadaan sereal berbentuk cincin di situs Zaman Perunggu Akhir Stillfried an der March, Austria, terbilang menarik. Pasalnya, banyak catatan arkeologis tentang pertanian di masa prasejarah tapi sedikit yang menemukan sisa makanannya.
Hal ini tentu saja dapat menambah wawasan kita untuk memahami bagaimana budaya kuno mengolah dan menyiapkan suatu makanan.
Dalam studi ini, Heiss dan koleganya memprediksi bahwa sereal kuno itu berasal dari era 900-1000 SM.
Kawasan tempat ditemukannya sereal diyakini dulunya adalah pusat penyimpanan biji-bijian. Hal ini dibuktikan dengan temuan ratusan lubang penyimpanan biji-bijian.
Merujuk pemberitaan Eurekalert, Rabu (5/6/2019), tim Heiss lebih berfokus pada tiga objek berbentuk cincing yang berukuran sekitar tiga sentimeter.
Analisis menunjukkan, ketiga benda itu terbuat dari olahan gandum dan tepung berkualitas unggul basah yang dikeringkan tanpa melalui proses pemanggangan.
Namun berdasar proses pembuatan sereal dan kemiripan dengan cincin dari tanah liat pada situs yang sama, ahli meyakini sereal itu bukan untuk dimakan tapi untuk tujuan ritual adat.
Oleh sebab itu, Heiss menarik kesimpulan bahwa tradisi ritual pada periode Perunggu Akhir telah melibatkan makanan, salah satunya berupa sereal.
Para ahli juga menyarankan untuk tidak mengabaikan produk nabati serupa pada penggalian di masa depan.
https://sains.kompas.com/read/2019/06/12/163200223/mirip-cincin-begini-wujud-sereal-di-zaman-perunggu