KOMPAS.com - Badan Antariksa AS (NASA) memberikan pengumuman mengejutkan pada Jumat (07/06/2019) lalu. Pada pengumuan itu, NASA memberi tahu akan membuka stasiun luar angkasa internasional (ISS) sebagai destinasi wisata.
Menurut rencana, ISS dibuka sebagai tujuan wisata mulai tahun 2020. NASA juga menyebut bahwa ISS akan dibuka untuk sektor pariwisata dan lini usaha lainnya.
"NASA membuka Stasiun Luar Angkasa Internasional untuk peluang komersial dan memasarkan peluang-peluang ini seperti yang belum pernah kita lakukan sebelumnya," kata kepala keuangan Jeff DeWit di New York dikutip dari BBC, Jumat (07/06/2019).
Hal ini dipandang sebagai sebuah dorongan baru untuk sepenuhnya mengkomersilkan dan mengganti tujuan dari ISS. Nantinya, profit yang dihasilkan dari perjalanan wisata ke ISS akan digunakan untuk melakukan eksplorasi bulan dengan orang-orang baru.
Meski menjadikan ISS sebagai tujuan wisata, NASA membatasi jumlah astronot amatir yang datang hanya 2 orang per tahun. Para astronot amatir ini akan tinggal selama 30 hari di ISS.
Melansir dari Business Insider, Jumat (07/06/2019), syarat untuk bisa berwisata ke ISS adalah harus menumpang pesawat ruang angkasa komersial yang ditunjuk oleh NASA seperti SpaceX atau Boeing.
Perusahaan-perusahaan itu akan membebani para astronot amatir dengan "ongkos taksi" pulang pergi seharga 58 juta dollar AS atau setara Rp 827 miliar.
Layaknya hotel, ISS juga akan diberi tarif per malam. Biaya tinggal di ISS per malam dibanderol pada harga 35.000 dollar AS atau setara dengan Rp 499 juta dalam kurs saat ini.
Tarif ini digunakan untuk menutupi biaya dukungan kehidupan, komunikasi, dan pengeluaran lainnya.
Selain harus membayar biaya yang fantastis, untuk bisa meluncur ke ISS, astronot amatir ini harus memenuhi persyaratan medis dan pelatihan untuk penerbangan luar angkasa.
Sempat Dilarang
Sebelumnya, ide menjadikan ISS sebagai tujuan wisata sempat dilarang oleh NASA. Bahkan, para astronot NASA dilarang untuk mengambil bagian dalam penelitian nirlaba.
Namun, sejak 1998 Rusia mulai mengambil pendekatan lebih santai terhadap ISS. Apalagi ketika mereka mulai mengizinkan astronot turis pertama memasuki ISS pada 2001.
Astronot amatir pertama yang mengunjungi ISS adalah pengusaha AS Dennis Tito. Dia membayar 20 juta dollar AS untuk perjalanan pulang pergi pada 2001.
Selanjutnya, pada 2008, pengusaha Inggris-Amerika Richard Garriott membayar 30 juta dollar AS untuk tinggal selama dua minggu di ISS.
Kini, NASA mengikuti langkah yang diambil Rusia sejak 2 dekade lalu. Langkah ini dibuat guna memecahkan beberapa masalah lama NASA berkaitan dengan investasi luar angkasa.
Apalagi, beberapa tahun terakhir, NASA diminta oleh pemerintaha Trump membawa kembali manusia ke Bulan pada 2020-an. Sayangnya, permintaan ini tidak disertai dengan kucuran dana yang cukup pada badan antariksa itu.
Dengan membuka ISS sebagai tujuan wisata komersial, diharapkan dana yang terkumpul bisa menutupi sebagian besar biaya operasional stasiun tersebut sekaligus mengembangkan fasilitasnya.
https://sains.kompas.com/read/2019/06/09/113300323/nasa-buka-stasiun-luar-angkasa-untuk-turis-berapa-harga-karcis-nya-