Saat tinggal di tanah rantau, mungkin kita juga memiliki kenalan dengan logat khas ini. Untuk diketahui, bahasa ngapak ini dipergunakan oleh orang yang tinggal di wilayah barat Jawa Tengah atau Banyumasan, salah satunya Cilacap.
Cilacap merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Barat dan di bagian selatannya berbatasan dengan Samudera Hindia.
Karena menjadi batas langsung antara Jawa Tengah dan Jawa Barat, Cilacap memiliki percampuran budaya Jawa Banyumasan dengan budaya Sunda (Priangan Timur).
Lalu dari mana asal nama Cilacap?
Nama Cilacap bukan berasal dari penggabungan kata "Ci" dan "Lacap", melainkan ada hubungannya dengan mata bajak.
Menurut Sumber Babad, di masa lalu Raden Bei Tjakrawedana (anak Tumenggung Tjakrawedana I, Bupati Kasepuhan Banyumas) diutus membuka hutan untuk dijadikan pemukiman ke daerah selatan.
Rombongan Raden Bei ini kemudian berhenti di ujung lekukan pantai teluk yang bentuknya mirip mata bajak, atau dalam bahasa Jawa disebut wluku, yang disebut cacab atau tlacap.
Mr. W. de Wolff van Westerrode, Asisten Residen Purwokerto (1896-1900) membuat resensi buku karangan Veth berjudul Java, Geographisch, Ethnologisch, Historich, 3 Jilid, terbit tahun 1875-1882 dalam majalah Ilmu Bumi di Negeri Belanda, mencatat bahwa penulisan Cilacap seringkali disalahtafsirkan sebagai kata yang berasal dari bahasa Sunda.
Sebenarnya perubahan ucapan (metathesis) kata Tlacap berubah menjadi Cilacap yang artinya sudut atau titik lancip (Scherpe hoek of punt).
Perubahan pengucapan itu muncul karena ada perbedaan persepsi orang Belanda. Cilacap bukan berasal dari kata Ci dan lacap.
Di Tanah Kerajaan, kata Tlacap digunakan untuk titik–titik yang dikenal pada patrun beberapa stasi payung dan "kepala" kain batik dan sarung.
https://sains.kompas.com/read/2019/06/02/180200023/mudik-ke-cilacap-benarkah-nama-kota-ngapak-ini-dari-bahasa-sunda-