Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Astronom Temukan "Planet Terlarang" Berukuran 3 Kali Bumi

KOMPAS.com - Kota atau hutan terlarang biasa kita jumpai dalam cerita rakyat Indonesia atau dongeng-dongeng Hollywood. Semuanya menandakan wilayah yang tak boleh didatangi atau terlarang bagi penduduk sekitar karena menyimpan rahasia dan bahaya besar.

Daerah terlarang mungkin terkesan hanya sebuah fiksi di zaman serba canggih dan mudah dijangkau seperti sekarang. Tapi, ternyata tidak melulu bagitu.

Salah satu tim astronom internasional baru-baru ini menemukan sebuah "Planet Terlarang" yang berjarak sekitar 920 tahun cahaya dari Bumi.

Planet ini diberi julukan sebagai planet terlarang oleh para peneliti karena terkunci dalam orbit yang sangat dekat dengan induknya.

Konfigurasi orbit planet yang mirip Neptunus itu bahkan disebut jarang terlihat.

Hasil ini diterbitkan dalam buletin bulanan dari Royal Astronomical Society. Astronom menggambarkan planet ini mirip Neptunus dan berjarak sangat dekat dengan bintang inangnya.

Hal itu membuat planet ini hanya membutuhkan 1,34 hari di bumi untuk menyelesaikan satu orbit.

Untuk mendeskripsikan kedekatan orbit ini, para astronom memberi istilah "gurun Neptunus".

"Istilah 'gurun Neptunus' berasal dari pengamatan bahwa ada beberapa planet massa menengah pada periode (orbital) yang sangat singkat," ungkap Coel Hellier, astronom yang tidak terlibat dalam penelitian ini dikutip dari Gizmodo, Rabu (29/05/2019).

Namun, letak antara planet dan bintang tersebut dianggap para astronom sebagai sesuatu yang janggal. Pasalnya, dengan jarak sedekat itu, bintang induk dapat membakar planet tersebut hingga ke intinya.

Planet dengan nama formal NGTS-4b ini justru menunjukkan anomali dan menentang teori itu.

Benda yang dianggap aneh ini ditemukan oleh sebuah tim yang dipimpin oleh Richard West, seorang astronom University Warwick menggunakan teleskop Next-Generation Transit Survey (NGTS). Dalam laporannya, West menyebut bahwa ukuran planet ini sekitar 3 kali Bumi.

Melalui NGTS, West dan koleganya menemukan bahwa planet itu bergerak di antara Bumi dan bintang inangnya. Tak hanya itu, NGTS juga membuat tim ini mampu mengamati lama putaran rotasi planet tersebut.

Ini merupakan pencapaian yang belum pernah dilakukan teleskop berbasis darat lainnya.

Planet terlarang

Julukan planet terlarang terhadap NGTS-4b memang cukup unik. Hellier mencoba menjelaskan alasan di balik julukan tersebut.

Menurutnya, penjelasan yang paling mungkin adalah bahwa mungkin tidak ada massa yang cukup di atmosfernya.

"Planet ini tidak memiliki massa yang cukup untuk bertahan di atmosfernya, mengingat panas sengit dari begitu dekatnya jaraknya dengan bintang inang," kata Hellier.

"Itu berarti bahwa ia kemungkinan lahir di lokasi yang lebih jauh dari bintangnya, tapi baru saja pindah ke orbit periode pendek," sambungnya.

Astronom Hannah Wakeford dari Space Telescope Science Institute di Baltimore, yang tidak terlibat dengan studi baru ini, mengatakan planet ini mungkin dulunya jauh lebih besar daripada sekarang.

Menurutnya, kedekatan planet ini dengan bintang menyebabkan atmosfernya terhembus. Akibatnya, NGTS-4b menjadi lebih kecil dan lebih padat dari waktu ke waktu karena massa menjadi didominasi oleh massa inti dan bukan massa atmosfer.

"Cara untuk menguji apakah ini masalahnya adalah dengan melihat transit planet dalam (spektrum) ultraviolet mencari tanda-tanda pelepasan hidrogen dari atmosfer," kata Wakeford.

"Ini kemudian akan menunjukkan bahwa planet ini seperti planet ekstrasurya lainnya ditemukan di gurun Neptunus, dan menunjukkan bahwa seiring waktu massa akan turun sedemikian rupa sehingga menjadi bagian dari populasi planet-planet di bawah gurun cut-off yang telah kehilangan semua atmosfer mereka," sambungnya.

https://sains.kompas.com/read/2019/05/31/203000423/astronom-temukan-planet-terlarang-berukuran-3-kali-bumi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke