KOMPAS.com – Memasuki waktu mudik Lebaran seperti sekarang ini, Anda tentunya mulai kembali berkomunikasi dengan orang-orang yang Anda kenal namun jarang bertemu karena kepadatan aktivitas.
Momen mudik ini dapat dijadikan sebagai awal untuk menjaga hubungan baik dengan orang-orang tersebut. Pasalnya, studi menemukan bahwa hubungan baik dan koneksi sosial berperan besar bagi kesehatan, baik fisik maupun mental.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh University of Carolina, individu yang memiliki relasi sosial kuat cenderung lebih sehat dan berisiko rendah untuk mengalami berbagai penyakit. Sebaliknya, individu yang merasa terisolasi memiliki risiko tinggi dan rentan terhadap gangguan kesehatan.
Hal ini berlaku bagi seluruh kalangan, mulai dari remaja hingga manula.
Sebagai contoh, orang tua berusia 57-91 tahun yang mengalami isolasi sosial memiliki risiko tekanan darah tinggi sebesar dua kali lipat dibanding mereka yang tidak merasakan isolasi. Hal ini dapat memicu kemunculan penyakit lain terkait tekanan darah, seperti diabetes dan penyakit jantung.
Contoh lain, remaja dalam rentang usia 12-18 tahun yang merasakan isolasi sosial memiliki risiko 27 persen lebih tinggi untuk mengalami inflamasi kronis. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat aktivitas fisik harian, karena remaja yang mengalami isolasi umumnya tidak banyak menghabiskan waktu untuk aktivitas fisik intens.
“Temuan ini penting untuk dapat mendorong seseorang untuk membangun hubungan sosial yang baik dan luas, serta meningkatkan kemampuan sosial. Berinteraksi dengan banyak orang sama pentingnya dengan mengonsumsi makanan sehat dan melakukan aktivitas fisik,” ujar Yang Claire Yang, peneliti University of North Carolina seperti dilansir dari Live Science.
Dalam studi yang sama, dilaporkan bahwa individu yang merasa terhubung dan memiliki ikatan sosial kuat dengan keluarga atau teman memiliki risiko gangguan kesehatan rendah.
Remaja yang menyatakan bahwa mereka merasa menjadi bagian dari komunitas tertentu memiliki risiko obesitas 48 persen lebih rendah. Begitu pula pada orang dewasa yang menjaga frekuensi dan intensitas komunikasi dengan orang terdekatnya, di mana risiko untuk mengalami penyakit kardiovaskuler 54 persen lebih rendah.
“Tampaknya, terhubung dengan orang-orang di sekitar dan memiliki jejaring sosial yang cukup disertai dukungan darinya, baik secara kuantitas maupun kualitas, merupakan hal yang sangat penting,” ujar Yang.
Studi ini dilakukan dengan menganalisis data dari empat penelitian sebelumnya, dengan responden ribuan penduduk Amerika Serikat dalam rentang usia 12-91 tahun.
Responden diminta untuk menjelaskan hubungannya dengan orang-orang sekitar dan keluarga, rekan, dan teman mereka. Anaisis terhadap tekanan darah, indeks massa tubuh, lingkar pinggang, dan tingkat C-reactive protein dilakukan terhadap responden untuk memprediksi risiko gangguan kesehatannya.
Berdasarkan hasil ini, diketahui bahwa terdapat hubungan kuat antara kesehatan mental dan kondisi fisik seseorang.
“Kita memiliki alasan untuk mempercayai bahwa hubungan sosial merupakan faktor penentu kesehatan fisik, bukan sebaliknya,” ungkapnya.
Berdasarkan temuan ini, disarankan agar kita dapat mengevaluasi tingkat koneksi sosial kita. Misalnya, kita dapat mulai bertanya apakah kita merasa dekat dengan anggota keluarga kita sendiri, seperti orang tua atau saudara kandung, dan apakah mereka merasakan hal yang sama terhadap kita?
Hal ini dapat membantu kita untuk menyadari dan meningkatkan kualitas hubungan kita dengan orang-orang di sekitar, yang selama ini luput dari perhatian kita sehari-hari.
https://sains.kompas.com/read/2019/05/31/173400523/demi-kesehatan-jangan-lupa-bersilahturahmi-saat-lebaran-ini