KOMPAS.com - Antariksa adalah tempat di mana banyak bintang berada. Meski punya banyak bintang, kita sering melihat di berbagai foto para astronot bahwa wilayah luar angkasa sangat gelap dan berwarna hitam.
Padahal, seperti yang kita ketahui, warna hitam biasanya menandakan tidak adanya cahaya. Sedangkan bintang adalah benda yang memproduksi cahaya.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, mengapa bisa demikian?
Meski tampak sederhana, tapi pertanyaan ini telah direnungkan oleh banyak ilmuwan selama berabad-abad. Tak terkecuali Johannes Kepler hingga Edmond Halley yang sudah memiliki banyak sumbangan bagi ilmu antariksa.
Mengutip dari salah satu situs milik Badan Antariksa AS (NASA), starchild.gsfc.nasa.gov, mudahnya kita membagi pertanyaan ini menjadi dua.
Pertama, mengenai perbedaan warna langit di Bumi dan di luar angkasa. Kedua, warna gelap yang terjadi meski ada banyak bintang di antariksa.
Untuk menjawab yang pertama, mari kita kembali ke artikel Rahasia Alam Semesta: Kenapa Laut dan Langit Berwarna Biru?. Dalam artikel itu dijelaskan, warna biru di langit terjadi karena cahaya menghantam molekul-molekul di atmosfer Bumi dan menyebar ke segala arah.
Warna biru pada siang hari terjadi dari hasil proses hamburan cahaya. Nah, ketika di Bulan maupun Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) tak ada molekul atmosfer yang "ditabrak" oleh cahaya matahari.
Akibatnya, kita akan melihat warna hitam.
Lalu, pertanyaan yang lebih sulit adalah mengapa meski banyak bintang luar angkasa tetap berwarna hitam?
Seorang astronom Jerman bernama Heinrich Wilhelm Olbers membuat teori untuk menjelaskan fenomena ini pada 1823. Saat ini, teori itu disebut Paradox Olbers.
Olbers menjelaskan bahwa jagat raya ini bukan tua tanpa batas, melainkan memiliki usia 15 miliar tahun. Ini berarti bahwa kita hanya bisa melihat objek sejauh jarak cahaya yang dapat ditempuh dalam 15 miliar tahun saja.
Akibatnya, cahaya bintang yang lebih jauh dari itu tidak bisa mencapai kita sehingga tidak akan membuat luar angkasa menjadi cerah sepenuhnya.
Dalam versi singkatnya, kita tidak mungkin melihat bintang di seluruh alam semesta. Itu karena banyak bintang yang usianya belum cukup untuk mencapai lokasi kita saat ini.
Dengan hanya bintang tertentu dan jaraknya cukup jauh, sedangkan alam semesta sangat luas, maka warna luar angkasa menjadi hitam.
Alasan lainnya adalah gerak cahaya.
Geza Gyuk, Direktur Astronomi di Planetarium Adler dan peneliti di University of Chicago menyebut bahwa biasanya bergerak lurus ke depan dalam suatu garis kecuali memantul dari sesuatu atau dibengkokkan oleh lensa.
"Jadi, meskipun ruang angkasa mungkin penuh cahaya, tidak ada yang membuat jalan ke mata kita kecuali saat kita melihat sesuatu yang cerah," kata Gyuk.
"Karena sebagian besar alam semesta kosong, angkasa luar menjadi tampak hitam," imbuhnya.
https://sains.kompas.com/read/2019/05/29/210500023/rahasia-alam-semesta--meski-banyak-bintang-kenapa-angkasa-luar-gelap-