Terinspirasi dari serial mainan produksi Hasbro, Transformers, para peneliti ini mengembangkan robot yang dapat berubah bentuk untuk mengarungi tubuh manusia.
Robot ini dikendalikan dengan mesin seluler via cahaya, sehingga geraknya dapat ditentukan secara presisi, untuk membantu pengantaran obat pada sel target.
Untuk menciptakan robot ini, peneliti mengombinasikan rekayasa jaringan jantung, struktur sayap hasil printer 3D, serta gel sensitif cahaya , sehingga dihasilkan robot lunak dengan kemampuan navigasi dan manuver presisi, serta dapat bergantian dari mode stasioner ke mode gerak dalam waktu singkat.
Robot dapat berubah bentuk saat terpapar cahaya inframerah, sehingga mengakibatkan robot untuk dapat bergerak lebih cepat menembus lingkungan basah seperti aliran darah.
Kemampuan ini meningkatkan efektifitas kerja robot untuk dapat berfungsi pada lingkungan yang non konvensional, seperti dalam tubuh makhluk hidup.
Robot ini merupakan hasil kerja sama antara City University of Hong Kong, yang mendesain dan melakukan tes performa awal, dengan Dartmouth College, yang menganalisis secara numerik dan mekanis mengenai desain tersebut agar didapat robot yang bekerja secara optimal.
"Dengan teknologi ini, kita dapat menciptakan robot yang dapat bertransformasi dengan kemampuan manuver tinggi. Inspirasi kita mungkin datang dari mainan yang memiiki beragam konfigurasi dan fungsi, tapi robot yang dihasilkan sama sekali bukan mainan, ini dapat menentukan dan mengubah hidup seseorang," ujar Zi Chen, asisten profesor dari Dartmouth College, dilansir dari EurekAlert, Rabu (15/5/2019).
Untuk dapat berfungsi secara efektif, robot generasi baru ini harus bersifat efisien dari segi energi dan sanggup merespon rangsangan yang berbeda, seperti cahaya atau panas.
Gerak robot ini terinspirasi dari pergerakan sirip ekor paus saat berenang. Struktur mirip sirip paus diaplikasikan sebagai sayap robot, lalu dilapisi dengan sel otot jantung. Sel ini berperan sebagai penggerak robot, layaknya sel secara alami mengatur pacu jantung.
Sebagai pengendali gerak robot, digunakan gel sensitif cahaya pada bagian sayap. Dalam kondisi gelap, sayap akan mengembang, sehingga memingkinkan sel jantung untuk berdenyut mendorong robot bergerak maju. Saat terkena cahaya, sayap akan melipat, sehingga robot akan berhenti dan memasuki mode stasioner.
Perubahan robot di bawah kendali cahaya ini memungkinkan robot untuk berperan sebagai alat transportasi yang membawa kargo seperti obat kanker, menuju sel target yang spesifik.
"Secara harfiah, kita mengendalikan pesawat bomber untuk menyerang sel kanker. Konsep perubahan bentuk ini membuka jalan bagi perkembangan potensial sistem robotik biohybrid generasi selanjutnya," ujar Chen.
Ukuran robot ini dapat dirancang sesuai kebutuhan, mulai dari beberapa milimeter saja, hingga belasan sentimeter. Hal ini memberikan fleksibilitas untuk mengejakan aktivitas navigasi dan manuver pada berbagai lingkungan yang berbeda.
Studi selanjutnya akan berfokus pada peningkatan pengendalian robot agar lebih presisi.
https://sains.kompas.com/read/2019/05/27/094638323/terinspirasi-transformer-ahli-as-bikin-robot-yang-bisa-lawan-kanker