Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Gangguan Tidur Remaja, Solusinya Ada pada "Screen Time"

KOMPAS.com – Remaja merupakan kalangan yang paling sering mengeluhkan gangguan tidur, entah karena kebiasaan bergadang akibat mengerjakan tugas, bermain game, atau menonton video di internet hingga larut malam.

Kebiasaan ini sebenarnya cukup berbahaya karena dapat mengganggu ritme sirkadian, jam biologis alami tubuh yang mengatur waktu bangun, tidur, dan aktivitas lainnya.

Namun, ada kabar baik dari studi terbaru yang dilakukan oleh tim gabungan Netherland Institute of Neuroscience, Amsterdam UMC, dan Dutch National Institute for Public Health and the Environment.

Studi ini menemukan bahwa kualitas tidur pada remaja dapat ditingkatkan dengan pembatasan screen time (waktu yang dihabiskan di depan layar monitor smartphone, tablet, atau komputer) dalam kurun waktu seminggu.

Dengan membatasi paparan mata terhadap layar yang memancarkan cahaya biru pada malam hari, remaja dapat tidur lebih lelap dan mengurangi gejala keletihan, memperbaiki fokus, serta memunculkan mood yang baik.

Studi ini dilakukan dengan menginvestigasi dampak pemaparan cahaya biru pada remaja dalam keseharian.

Remaja yang memiliki screen time lebih dari 4 jam sehari membutuhkan waktu rata-rata 30 menit lebih lama untuk terlelap dan bangun tidur, dibandingkan mereka yang memiliki screen time kurang dari 1 jam per harinya. Remaja dengan screen time tinggi ini juga menunjukkan gejala kurang tidur yang lebih mencolok.

Untuk melihat efek pembatasan paparan cahaya biru dan screen abstinance (tidak adanya screen time sama sekali) saat malam, para peneliti melakukan pengujian acak terkontrol pada pola tidur 25 orang partisipan dalam kurun waktu tertentu.

Hasilnya, keduanya menunjukkan efek positif di mana waktu terlelap dan bangun tidur bergeser menjadi 20 menit lebih awal dari biasanya, serta hilangnya gejala kurang tidur, hanya dalam waktu satu minggu saja.

“Remaja menghabiskan waktu lama di depan gadget, sehingga keluhan gangguan tidur sering muncul pada kalangan ini,” ujar Dr. Dirk Jan Stenvers, peneliti dari departemen Endocrinology and Metabolism, Amsterdam UMC, seperti yang dikutip dari EurekAlert, Minggu (19/5/2019).

"Studi yang kami lakukan menunjukkan bahwa gejala ini dapat dikurangi hanya dengan membatasi screen time," sambungnya lagi.

Sebelumnya, telah lama diketahui bahwa paparan cahaya saat malam hari, terutama cahaya biru yang dihasilkan oleh layar gadget, dapat mempengaruhi kinerja otak dan produksi hormon tidur melatonin, sehingga dapat berujung pada menurunnya durasi serta kualitas tidur.

Kondisi gangguan tidur ini tidak hanya menimbulkan efek langsung seperti tubuh lesu dan kurang konsentrasi, tapi juga dapat meningkatkan risiko penyakit serius jangka panjang seperti obesitas, diabetes, dan penyakit jantung.

Saat ini, Stenvers dan koleganya tertarik untuk menguji apakah hubungan antara penurunan screen time dan kualitas tidur memiliki efek jangka panjang, serta apakah hal yang sama juga berlaku pada orang dewasa.

Dia mengatakan, gangguan tidur dimulai dengan gejala kecil seperti keletihan dan kurang konsentrasi, tapi dalam jangka panjang kita tahu bahwa kurang tidur diasosiasikan dengan peningkatan risiko obesitas, diabetes, dan penyakit jantung.

"Jika kita dapat mengenalkan pengukuran sederhana saat ini untuk mengatasi isu tersebut, kita dapat menghindari masalah kesehatan yang mungkin timbul beberapa tahun ke depan,” tutupnya.

https://sains.kompas.com/read/2019/05/20/200500923/gangguan-tidur-remaja-solusinya-ada-pada-screen-time-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke