KOMPAS.com – Mampukah manusia mencegah penuaan? Mungkin tidak, namun masih terdapat kemungkinan untuk dapat tetap hidup segar bugar pada usia senja tanpa mengalami berbagai penyakit yang identik dengan umur tua, seperti dementia, osteoporosis, Alzheimer, rabun senja, dan sebagainya.
Kali ini, para peneliti menemukan hubungan antara penumpukan sel zombie dengan berbagai penyakit usia senja.
Sel zombie merupakan awalnya merupakan sel senesens, yaitu sel yang telah mencapai batasan Hayflick (Hayflick limit) sehingga tidak lagi dapat membelah. Dalam kondisi senesens ini, sel dapat memutuskan untuk mati suri atau menjadi zombie, yang tidak beraktivitas namun juga tidak kunjung mati.
Masalahnya, sel zombie juga melepas berbagai senyawa kimia yang dapat mengganggu kinerja sel normal di sekitarnya. Inilah yang diduga menjadi pemicu kemunculan berbagai penyakit.
Studi terkait sel zombie dilakukan relatif baru, dan difokuskan pada mencit sebagai hewan model percobaan. Pada penelitian dengan mencit, obat senolitik yang dapat mengeliminasi sel zombie menunjukan performa yang menjanjikan.
Obat tersebut bekerja dengan memperbaiki beberapa kondisi terkait penuaan, antara lain seperti katarak, diabetes, osteoporosis, Alzheimer, pembengkakan jantung, masalah ginjal, penyumbatan arteri, dan pelemahan otot.
Studi mencit ini juga menunjukan hubungan langsung antara sel zombie dengan penuaan.
Pemberian obat senolitik terhadap mencit berusia tua mampu meningkatkan kecepatan kemampuan berjalan, kekuatan genggaman, dan daya tahan mencit pada treadmill. Obat ini juga mampu meningkatkan rentang hidup maksimal mencit sekitar 36 persen.
Sebaliknya, transplantasi sel zombie pada mencit muda dapat menyebabkan mereka memiliki perilaku dan tanda-tanda layaknya mencit tua. Efek yang terjadi di antaranya kecepatan berjalan mereka menurun, begitu pula kekuatan otot dan stamina.
Hal yang mengejutkan lainnya adalah sel zombie transplan ini juga dapat mengubah sel lain menjadi sel zombie.
Melihat hasil dengan mencit, para peneliti melanjutkan studi dengan subjek manusia. Mereka melibatkan 14 orang pasien yang mengidap idiopathic pulmonary fibrosis, penyakit yang menyebabkan luka pada dinding paru-paru.
Hasilnya, setelah tiga minggu perawatan, pasien memunjukan pemulihan dan peningkatan kondisi fisik, seperti kecepatan berjalan. Namun, pengukuran parameter lain tidak menampakan adanya peningkatan performa.
“Tujuan studi ini untuk melawan penuaan, yang diharapkan dapat menunda kemunculan penyakit terkait usia tua dan disabilitas,” ujar Dr. James Kirkland, spesialis geriatrik Mayo Clinic di Rochester, Minnesota, dilansir dari Medical Xpress, Rabu (15/5/2019).
Meski nampak menjanjikan, namun penelitian terkait sel zombie ini terbilang relatif minim. Untuk itu, Kirkland tidak menyarankan pemberian dan konsumsi obat senolitik oleh publik, sebelum adanya studi yang konklusif.
Studi yang dilakukan oleh Kirkland dan koleganya itu mendapat perhatian dari para ahli lain yang tidak terlibat dalam studi. Mereka mengapresiasi dan sangat antusias dengan penelitian itu.
Selah satunya adalah Dr. Gregory Cosgrove, kepala petugas medis dari Pulmonary Fibrosis Foundation.
"(Hasil) itu benar-benar membangkitkan antusiasme untuk melanjutkan dengan studi yang lebih ketat," ungkap Cosgrove.
Pendapat serupa juga diungkap oleh Nir Barzilai, seorang peneliti penuaan di Fakultas Kedokteran Albert Einstein di New York. Barzilai mengatakan, dia yakin menargetkan sel-sel zombie akan memainkan peran dalam upaya keseluruhan untuk menunda, menghentikan, dan mungkin membalikkan penuaan.
https://sains.kompas.com/read/2019/05/18/170000923/atasi-penuaan-ilmuwan-buat-obat-lawan-sel-zombie