KOMPAS.com — Gempa tektonik kembali mengguncang Pangandaran, Jawa Barat. Lindu yang terjadi pada pukul 08.51 WIB tadi terasa hingga ke Solo, Jawa Tengah.
Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono menyebut bahwa gempa tektonik ini tepatnya mengguncang wilayah Samudra Hindia selatan Jawa.
"Hasil analisis BMKG menunjukkan informasi awal gempa ini berkekuatan M 5,9 yang selanjutnya dilakukan pemutakhiran menjadi M 5,6," ungkap Daryono melalui pesan singkat.
Data dari BMKG menunjukkan, episenter gempa terletak pada koordinat 9,63 LS dan 108,51 BT. Tepatnya, lokasi tersebut berada di laut pada jarak 212 arah selatan Pangandaran dengan kedalaman 33 km.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, tampak bahwa gempa dangkal ini diakibatkan oleh adanya deformasi batuan dalam Lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah Lempeng Eurasia," kata Daryono.
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini memiliki mekanisme pergerakan turun dengan sedikit komponen mendatar (oblique normal fault)," paparnya.
Daryono menuturkan, guncangan gempa ini dilaporkan dirasakan di beberapa daerah selatan Jawa, seperti Pangandaran, Kebumen, Tasikmalaya, Cilacap, Banyumas, Karangkates, Blitar, Tulungagung, dan Kediri dalam skala intensitas II-III MMI.
Getaran gempa yang cukup kuat itu menyebabkan banyak orang panik dan keluar rumah.
Sementara itu, warga di Banjarnegara, Bantul, dan Solo merasakan guncangan dalam skala intensitas II MMI.
"Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa," ujar Daryono.
"Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa tidak berpotensi tsunami," katanya.
Pria kelahiran Semarang itu juga mengatakan bahwa hingga pukul 09.25 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya 1 aktivitas gempa susulan (aftershock) dengan kekuatan kecil.
"Masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," katanya.
Sebagai informasi, wilayah selatan Cilacap-Pangandaran merupakan kawasan seismik aktif dan berpotensi terjadi gempa kuat.
"Berdasarkan catatan gempa pada katalog gempa BMKG, sejak 1940 di zona ini sudah terjadi gempa kuat sebanyak enam kali, yaitu pada 21 Maret 1940 (M 6.3), 7 September 1974 (M 6.5), 24 Juli 1979 (M 6.9), tsunami merusak 17 Juli 2006 (M 7.7), 3 Maret 2011 (M 6.7), dan 13 juni 2013 (M 6,7)," tutur Daryono.
"Dengan memperhatikan tingginya potensi dan aktivitas kegempaan di wilayah ini, penting untuk terus digalakkan upaya mitigasi gempa bumi dan tsunami," katanya.
https://sains.kompas.com/read/2019/05/18/110656323/gempa-hari-ini-m-59-pangandaran-terasa-hingga-solo-begini-analisisnya