Fakta ini sebenarnya sudah diketahui sejak beberapa abad lalu. Referensi paling awal tentang hal ini dimuat dalam buku terlaris abad ke-14 berjudul The Voyage and Travel karya Sir John Madeville.
Madeville mendeskripsikan buaya sebagai ular panjang yang suka berendam di air saat malam hari dan berada di tanah atau bersembunyi di gua saat siang.
"Mereka membunuh manusia dan memakannya sambil menangis," bunyi salah satu kutipan di dalam buku.
Buaya memang menangis atau setidaknya mengeluarkan air mata, ketika makan. Namun hal ini bukan berarti buaya sedih atau memiliki sisi sensitif, tapi ada penjelasan fisiologi untuk fenomena ini.
Pada 2007, Science Daily melaporkan bahwa ahli zoologi Ken Vliet dan konsultan neurologi Dr. D. Malcolm Shaner melakukan pengamatan mendalam terhadap buaya saat makan dan menemukan reptil besar itu mengeluarkan air mata berupa buih dan gelembung di sekitar mata mereka.
Vliet menyimpulkan, produksi air mata itu berasal dari desisan dan teriakan yang dibuat buaya ketika melahap mangsa.
"Hal ini memaksa udara dari sinus untuk merangsang kelenjar air mata guna menghasilkan air mata berlebih. Beberapa udara yang keluar menghasilkan buih dan gelembung di sekitar mata," ujar Vliet.
Merujuk Today I Found Out, ahli buaya Adam Britton berpendapat bahwa air mata itu keluar karena buaya menggigit mangsanya dengan keras. Ketika buaya terlalu berusaha melahap mangsa, saluran air mata terperas dan akhirnya mengeluarkan air.
Britton percaya, buaya memiliki cadangan air mata besar di bawah mata yang terhubung dengan rahang.
Sementara itu, ahli lain menegaskan bahwa air mata buaya berfungsi melindungi mata ketika sedang bertarung dengan musuh. Air mata ini membantu menjaga mata agar tidak rusak karena pertarungan dengan binatang lain.
Dari penjelasan ini setidaknya kita tahu bahwa air mata buaya memang benar ada. Bukan hanya kiasan untuk menyebut seseorang yang pandai berpura-pura sedih atau mengeluarkan air mata palsu.
https://sains.kompas.com/read/2019/05/07/190300823/serba-serbi-hewan--air-mata-buaya-bukan-sekadar-kiasan-ini-nyata