KOMPAS.com – Begonia merupakan genus tumbuhan dari famili Begoniaceae.
Tumbuhan ini memiliki ciri khas berupa bentuk daun yang tidak simetris, berbulu, dan umumnya memiliki warna kemerahan, mencolok, dan corak yang unik, menjadikannya cukup populer untuk dijadikan tanaman hias.
Selain sebagai tanaman hias, beberapa spesies Begonia juga dimanfaatkan sebagai bahan minuman teh, atau bahkan menjadi bahan sayur dan bumbu penyedap lain, terutama untuk masakan yang mengandung udang atau ayam, karena cita rasa asam yang dikandungnya.
Menurut Wisnu Aji Handoyo, peneliti Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya LIPI, Begonia tersebar di Sumatera hingga Papua dengan perincian di Sumatera sebanyak 63 spesies, Kalimantan 197 spesies, Jawa 14 spesies, Bali dan Nusa Tenggara sebanyak 13 spesies, Sulawesi 51 spesies, Kepulauan Maluku 9 spesies, dan Papua sekitar 80 spesies.
Tercatat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, LIPI telah menemukan 32 spesies baru Begonia yang telah diterbitkan dalam 21 publikasi ilmiah internasional.
Namun, diduga masih banyak spesies Begonia yang masih belum ditemukan.
Meski demikian, mengingat kondisi geografis Indonesia yang sangat luas, serta lokasi tumbuhnya yang berada di lereng perbukitan atau air terjun, pencarian Begonia menjadi tantangan tersendiri.
Wisnu menjelaskan bahwa eksplorasi pencarian dan pengoleksian spesies baru terdiri dari tiga tahap.
Tahap pertama adalah pra ekspedisi, yaitu studi literatur dan publikasi sebagai referensi, studi peta lokasi dan Google Map, serta perencanaan ekspedisi dan mitra lokal.
Tahap kedua adalah ekspedisi, yang terdiri dari strategi pengoleksian, pengolahan spesimen, dan dokumentasi.
“Metode pengoleksian yang paling mudah adalah road side collecting, yaitu kita mencari spesimen di pinggir jalan yang kita lewati sepanjang perjalanan”, jelas Wisnu.
Namun, pencarian seringkali harus menempuh medan terjal, seperti lereng bukit dan sisi air terjun. Hal ini menyulitkan proses koleksi.
Tahapan terakhir adalah pasca ekspedisi, yang terdiri dari pemrosesan spesimen, identifikasi, dan penulisan naskah ilmiah.
Melalui identifikasi dan penelitian karakter morfologis secara terperinci, dapat ditentukan bahwa spesimen yang dikoleksi adalah spesies baru atau bukan.
Jika spesimen merupakan spesies baru, maka peneliti berhak memberikan nama pada spesies.
Salah satunya adalah Begonia iskandariana, spesies baru yang ditemukan di lereng bukit dan stalaktit gua di Sulawesi Tenggara.
Spesies yang memiliki bentuk daun membulat dan menjari ini dinamakan sebagai bentuk penghormatan terhadap mantan Kepala LIPI, Prof. Dr. Iskandar Zulkarnain.
Spesies lain yang juga ditemukan di Sulawesi Tenggara adalah Begonia balgooyi.
Spesies yang memiliki bentuk daun menjari majemuk ini ditemukan di kawasan karst Pegunungan Matarombeo, dan dinamakan untuk mengenang jasa botanis Belanda kelahiran Purwokerto, Max Michael Josephus van Balgooy.
Selain sebagai bentuk penghormatan akan jasa individual, spesies baru juga dapat dinamakan berdasarkan karakter morfologis unik yang dimilikinya, salah satunya adalah Begonia galeolepis.
“Spesies ini diberi nama berdasarkan struktur di batang yang mirip sisik hiu, jadi namanya galeo, artinya hiu, dan lepis, artinya sisik”, jelas Wisnu.
https://sains.kompas.com/read/2019/04/26/200800423/cerita-peneliti-di-balik-penemuan-dan-penamaan-spesies-begonia-baru