Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

119 Petugas KPPS Meninggal, Ini yang Terjadi pada Tubuh saat Kelelahan

Jumlah tersebut tersebar di beberapa kabupaten/kota di 25 provinsi. Sementara itu, penyebab meninggal maupun sakit dikarenakan kelelahan dan kecelakaan.

Dekan FKUI Prof dr Ari Fahrial Syam SpPd-KGEH MMB FINASIM FACP menganggap kejadian ini adalah bukti bahwa kita tidak belajar dari pemilu sebelumnya.

Pemilu 2009 juga meninggalkan kisah pilu. Saat itu media memberitakan ada petugas yang mengalami muntah darah, stroke, serangan jantung, sampai beberapa meninggal.

"Kejadian ini adalah yang terburuk dalam sejarah pemilu Republik Indonesia karena ratusan orang meninggal dan lebih dari 500 (orang) sakit," kata Ari kepada Kompas.com, Rabu (24/4/2019) melalui sambungan telepon.

Menurut Ari, hal ini menunjukkan petugas KPU dan siapa pun yang terlibat di dalamnya tidak memperhitungkan bahwa manusia ada batasnya dalam bekerja. Manusia bukan robot yang sanggup 24 jam aktif non-stop.

"Dalam siklus 24 jam manusia, pakar membagi menjadi tiga. 8 jam untuk kerja keras, 8 jam untuk kerja ringan, dan 8 jam untuk istirahat atau tidur. Ini bukan konsep omong kosong tapi sudah diuji secara genetik," jelas Ari.

Saat pakem tersebut tidak dijalankan, misalnya kerja keras lebih dari 12 jam, maka ada dampak kesehatan bagi orang tersebut.

"Nah ini yang terjadi pada pemilu kemarin. Mereka (petugas KPPS) sudah kurang tidur karena mempersiapkan menjelang hari H, setelah itu mereka harus bekerja lagi hampir 24 jam mungkin istirahat hanya tiga sampai empat jam. Ini artinya mereka bekerja sudah melampaui batas," ujarnya.

"Ketika ini (pengaturan siklus 24 jam) tidak dilakukan, siklus biologis kita akan terganggu".

Jam kerja terlalu tinggi, kurang istirahat, dan kurang asupan makanan bergizi akan sangat berdampak pada orang-orang yang memiliki riwayat penyakit kronis.

Ari mencontohkan, orang-orang yang memiliki diabetes bila kelelahan gula darahnya menjadi tidak terkontrol, orang dengan hipertensi bisa kena stroke, dan orang yang sudah memiliki sumbatan pada pembuluh jantung bisa mengalami serangan jantung dan meninggal.

"Kemudian pada orang-orang yang tidak memiliki penyakit kronis, kelelahan, kurang tidur, dan makan asal-asalan bisa menyebabkan daya tahan tubuh menurun," jelas Ari.

Ketika daya tahan menurun, virus penyakit dengan mudah dapat menyerang tubuh dan mengakibatkan demam berdarah, tifus, diare, dan lain sebagainya.

Ari menambahkan, kudapan yang mengandung lemak seperti cokelat dan keju, serta minuman penambah stamina atau yang mengandung kafein juga bisa memperburuk keadaan.

Kafein misalnya, dapat menaikkan asam lambung manusia dan tekanan darah menjadi tidak terkontrol.

Faktor psikis dan lingkungan juga berpengaruh

Manurut Ari, masalah kesehatan yang dialami para anggota KPPS bukan hanya karena faktor fisik saja, tapi juga psikis.

Para petugas KPPS harus menghadapi protes dari warga yang kesulitan mendapat hak pilih, kemudian harus bekerja ekstra hati-hati karena pekerjaan mereka diawasi oleh para saksi.

Hal semacam ini menurut Ari akan sangat menguras energi para petugas dan menyebabkan stres yang bisa memperburuk kondisi kesehatan.

Dalam tulisannya yang menyoroti Pemilu 2009, Ari mengatakan bahwa kondisi lingkungan kerja yang tidak sehat seperti kebisingan, suhu ruangan panas, dan asap rokok di dalam ruangan dapat memperburuk kelelahan.

Ari mengatakan, manusia bukan mesin yang bisa bekerja terus menerus. Mesin saja butuh beristirahat agar performa tetap optimal, begitu juga dengan manusia.

"Lalu bagaimana menyiasati hal ini? Tidak ada jalan lain, mereka hanya butuh beristirahat dan tidur," ujarnya.

Masukan untuk KPU dari tenaga kesehatan

Mewakili ahli medis di Indonesia, Ari berharap KPU mau belajar dari pengalaman agar peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi di masa depan.

Mengingat pemilu pada 2009 yang jarak pileg dan pilpres terpisah beberapa hari saja menimbulkan banyak korban, Ari beranggapan pemilu pilpres dan legislatif tidak ideal bila diadakan serentak dalam satu hari yang sama.

Menurut Ari, KPU mungkin juga bisa mencontoh beberapa negara yang sudah menerapkan pemilu dengan sistem elektronik.

"Namun kalau itu (sistem elektronik) tidak bisa, artinya kita harus memperbanyak petugas dan menerapkan kerja sistem shift," tegasnya.

"Bikin dua atau tiga shift lah, dua shift minimal. Sehingga setelah selesai shift petugas bisa beristirahat untuk besok bekerja lagi".

https://sains.kompas.com/read/2019/04/24/131544523/119-petugas-kpps-meninggal-ini-yang-terjadi-pada-tubuh-saat-kelelahan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke