Hebohnya pemberitaan tersebut kemudian mengundang pertanyaan baru, benarkah kelelahan akibat beban kerja terlalu tinggi dapat menyebabkan kematian? Jika iya, bagaimana hal ini terjadi?
Pemberitaan tentang kematian akibat terlalu lelah bekerja tidak terjadi kali ini saja.
Tahun lalu seorang dokter dikabarkan meninggal dunia karena kelelahan menjalankan tugas saat lebaran. Kemudian peristiwa ini juga sering terjadi di Jepang, hingga mereka memiliki istilah khusus "karoshi".
Penulis buku Overwhelmed: Work, Love, and Play When One Has the Time itu juga mengatakan bahwa jam kerja berlebih telah dikaitkan dengan lebih dari 120.000 kematian per tahun.
Berbagai masalah kesehatan yang bisa dihadapi
Ada banyak masalah kesehatan akibat kelelahan karena pekerjaan terlalu banyak.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), kebiasaan itu berisiko memicu penyakit kardiovaskular, gangguan muskuloskeletel, gangguan psikologis, bunuh diri, kanker, bisul, dan gangguan fungsi kekebalan sebagai masalah kesehatan utama yang terkait dengan perasaan terlalu banyak bekerja.
Sebuah studi di Journal of Occupational and Environmental Medicine menarik korelasi antara jam kerja dalam seminggu dengan risiko serangan jantung.
Orang yang bekerja 55 jam seminggu, 16 persen lebih mungkin mengembangkan risiko serangan jantung dibanding mereka yang bekerja 45 jam seminggu.
Lebih lama waktu bekerja maka akan semakin besar risiko kesehatan yang mengancam. Studi itu menemukan, orang yang bekerja 65 jam seminggu memiliki peluang mengalami serangan jantung sebesar 33 persen.
Kemudian studi lain yang terbit 2014 di jurnal Psychosomatic Medicine mengungap bahwa tingginya beban pekerjaan berkaitan dengan diabetes, peluang risikonya bisa mencapai 45 persen.
Merasa terlalu banyak bekerja juga dapat merusak kesehatan mental.
Menurut American Institute of Stress, stres dapat memicu seseorang mengunjungi pusat kesehatan 75 sampai 90 persen.
Cara mengatasi stres
Stres muncul karena berbagai alasan, tapi direktur eksekutif American Institute of Stress Heidi Hanna mengatakan, stres sebenarnya memiliki tujuan.
"Stres, tekanan, ketegangan ada untuk membantu manusia tumbuh lebih kuat dan hal ini dibutuhkan agar manusia dapat berkembang secara positif," ujar Hanna.
"Stres bukanlah musuh. Untuk menangani stres, hal yang perlu kita lakukan adalah istirahat dan melakukan pemulihan untuk menyeimbangkan stres dalam hidup, juga menjaga diri agar stres tidak di tahap kronis," jelas Hanna.
Hann menjelaskan, otak memiliki sistem kerja yang sama dengan otot. Misalnya kita melatih otot terus menerus tanpa henti maka kita bisa mengalami cedera. Hal yang sama pun terjadi pada otak.
Untuk itu, Hanna menyarankan tiga hal untuk mencegah stres.
Dari pemberitaan Kompas.com, 12 petugas KPPS di Jawa Barat meninggal karena diduga waktu penghitungan suara yang terlalu lama akhirnya membuat para petugas KPPS kelelahan.
Menurut Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Jawa Barat Rifqi Alimubarok, rata-rata petugas baru menyelesaikan tugasnya sekitar pukul 5.00 pagi.
"Bahkan ada yang berlanjut sampai jam 12 siang karena belum selesai menyalin hasil formulir yang cukup banyak. Dan itu kan tanpa jeda, apalagi kemudian mereka kebanyakan mempersiapkan TPS di H-1, jadi otomatis kelelahan," ujar Rifqi ditemui kemarin.
Selain di Bandung, petugas KPPS Sulsel juga ada yang meninggal empat orang, dan menyusul beberapa orang di berbagai wilayah Indonesia.
https://sains.kompas.com/read/2019/04/21/095735223/puluhan-petugas-kpps-meninggal-beban-kerja-berlebih-mengancam-nyawa