Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pemilu Hari Ini, Sudahkah Kita Mengambil Keputusan yang Tepat?

Keputusan-keputusan yang kita ambil mungkin awalnya meyakinkan, tapi justru berakhir kecewa.

Mulai dari keputusan untuk urusan pribadi, pendidikan, pekerjaan, sampai dalam pemilu.

Lantas, apa yang seharusnya dilakukan untuk mengambil keputusan tepat menurut sains?

Sebagian besar dari kita mungkin mengira memiliki banyak informasi akan membuat pilihan menjadi lebih mudah.

Pola pikir seperti ini menurut para ahli salah.

Melansir The Week edisi Juni 2016, hal terpenting dalam mengambil keputusan adalah memiliki info yang tepat, bukan info yang banyak.

Misalnya saja dokter yang mendiagnosis serangan jantung, jika memiliki lebih banyak informasi justru bisa membunuh pasien.

"Informasi tambahan cenderung tidak berguna dan berbahaya. Hal ini bisa membuat dokter bingung ketika memprediksi serangan jantung," tulis artikel tersebut.

Untuk mendapat informasi yang tepat, kita harus meluangkan lebih banyak waktu untuk memahami masalah, bukan menghabiskan waktu untuk mencari banyak informasi.

Hal ini sesuai dengan yang ditulis Dan Pink dalam buku berjudul To Sell Is Human. Dalam buku tersebut dia mengatakan ada banyak penelitian yang menunjukkan hal terpenting dalam dunia sains dan seni adalah menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengklarifikasi masalah.

"Kualitas masalah yang ditemukan adalah cikal bakal mendapat solusi berkualitas," bunyi salah satu kutipan di buku To Sell Is Human.

Setelah mengenali masalah dan fokus mendapat informasi yang benar, hal yang harus dilakukan adalah berpikiran logis dan tidak terpengaruh pada emosi.

Para ilmuwan percaya, orang-orang yang lebih fokus dalam memahami masalah lebih sukses dalam hidup mereka.

Dengarkan firasat seperti sahabat

Selain memahami apa yang sedang dihadapi, sejumlah ahli menyebut suasana hati juga berpengaruh dalam mengambil keputusan. Menciptakan perasaan yang tenang akan membantu kita membuat keputusan tepat.

Seperti dijelaskan profesor Baba Shiv dari Universitas Stanford, pilihan dibuat tanpa melibatkan perasaan.

"Pada akhir 80-an sampai 90-an, ahli saraf mulai memberi bukti tentang sudut pandang berlawanan secara diametrik dengan teori pilihan rasional. Mereka membuktikan bahwa emosi sangat penting dalam membuat keputusan yang baik," kata Shiv.

Ini artinya, melibatkan perasaan akan mengarahkan kita membuat keputusan benar.

Profesor Timothy Wilson yang juga menulis buku berjudul Redirect: The Surprising New Science of Psychological Change, berkata perasaan dapat berbicara saat kita sedang membuat keputusan. Inilah saat kita memiliki firasat tertentu, entah firasat baik atau buruk.

Kenali diri sendiri

Sains modern menyarankan untuk mengambil pelajaran dari orang Yunani kuno: kenalilah dirimu.

Studi yang dilakukan ilmuwan dari Rice University, George Mason University, dan Boston College menyarankan manusia untuk mempercayai firasat.

Sementara itu, Steven Johnson pernah menulis opini di New York Times bahwa penelitian multidisiplin ilmu seperti sains kognitif, teori manajemen, dan studi sastra menemukan bahwa manusia memiliki seperangkat alat yang bisa digunakan untuk membuat pilihan terbaik.

Dari uraian panjang yang dijelaskan Johnson, dia menyoroti tentang pentingnya menghasilkan alternatif untuk setiap tindakan dan sebaiknya solusi yang ditawarkan lebih dari satu.

Sebuah studi menemukan, orang yang hanya memiliki satu alternatif untuk masalahnya biasanya akan mengalami kekecewaan atau kegagalan lebih dari 50 persen, sementara keputusan yang melibatkan merenungkan setidaknya dua alternatif dirasakan sebagai keberhasilan dua pertiga waktu.

https://sains.kompas.com/read/2019/04/17/090457823/pemilu-hari-ini-sudahkah-kita-mengambil-keputusan-yang-tepat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke