Berbeda lokasi hampir 3.000 kilometer, menariknya kedua moyang spesies manusia ini memiliki beberapa persamaan dan perbedaan.
Persamaan kedua spesies
Selain sama-sama berasal dari kawasan Asia Tenggara, keduanya memiliki ciri fisik yang mirip dengan spesies manusia awal seperti Australopithecus, makhluk mirip kera yang berjalan tegak dan hidup di Afrika sekitar dua sampai empat juta tahun lalu.
Secara fisik, Homo luzonensis dan Homo floresiensis memiliki tubuh sama-sama pendek. Kalau Homo luzonensis tingginya hanya sekitar 4 kaki atau 1,2 meter, sedangkan Hobbit Flores tingginya sekitar 3,7 kaki atau 1,1 meter.
Seperti diberitakan sebelumnya, Homo luzonensis diperkirakan hidup sekitar 67 ribu sampai 50 ribu tahun lalu di pulau Luzon, Filipina. Ini artinya H. luzonensis hidup di zaman yang sama dengan H. floresiensis, di mana mereka bertahan hidup di pulau Flores, Indonesia sejak 100 ribu hingga 50 ribu tahun lalu.
Ciri-ciri spesies yang sudah diketahui ilmuwan
Homo floresiensis
Meski manusia hobbit Flores ditemukan sejak 2003, hingga saat ini sebenarnya masih banyak teka-teki yang belum terungkap tentang spesies ini.
Salah satu yang sempat menjadi perdebatan adalah tentang identitasnya. Banyak yang mempertanyakan apakah manusia kerdil dari Flores itu termasuk jenis manusia modern atau tidak.
Baru pada 2016 lalu para ilmuwan sepakat bahwa hobbit Flores bukan manusia seperti kita, Homo Sapiens.
Meski begitu teka-teki belum usai. Para ahli kemudian mempertanyakan apakah hobbit Flores dengan berat hanya 25 kilogram itu merupakan manusia Jawa (Homo erectus) atau spesies baru bernama Homo floresiensis.
Studi selanjutnya yang dipublikasikan ilmuwan Australia National University (ANU) dan dipublikasikan di Journal of Human Evolution edisi April 2017 mengungkap bahwa Hobbit bukan hasil evolusi manusia Jawa (Homo erectus).
"Kami menemukan, jika Anda berusaha menghubungkannya dan melihat kekerabatannya, Anda akan mendapatkan hasil yang tak mendukung hipotesis. Semua tes menyatakan tidak pas," kata Debbie Argue dari Sekolah Arkeologi dan Antropologi ANU yang menganalisis tengkorak, rahang, gigi, kaki, lengan, dan bahu manusia Flores.
Argue berkata, rahang Hobbit lebih primitif dibanding Homo erectus.
Dengan adanya studi itu, Hobbit resmi dinyatakan sebagai spesies jenis baru, bukan kerabat Homo erectus dan bukan Homo sapiens yang mengalami kelainan.
Fachroel Aziz, profesor paleontologi dari Pusat Survei Geologi (PSG) Bandung dalam wawancara dengan Kompas.com (9/6/2016) mengatakan bahwa Hobbit Flores memiliki volume otak yang lebih kecil dibanding manusia modern.
"Meski hanya memiliki volume otak kurang dari 1.000 cc atau lebih kecil ketimbang manusia modern (sekitar 1,450 cc), mereka (Hobbit) mampu berorganisasi dan melewati beragam rintangan di kawasan tempat tinggal mereka," kata Aziz.
Homo luzonensis
Saat para ahli menemukan spesies manusia baru di goa Callao bagian utara pulau Luzon, mereka menemukan tulang belulang yang diduga berasal dari tiga individu berbeda.
Salah satu individu diduga berasal dari 67.000 tahun silam dan termuda berusia 50.000 tahun.
Dalam temuan ini para ahli menemukan 13 bagian tulang belulang yang meliputi gigi, tulang tangan dan kaki, serta tulang paha.
Saat tulang kaki diamati, ahli menemukan Homo luzonensis memiliki tulang jari dan jari kaki melengkung. Ciri fisik seperti menunjukkan, aktivitas pendakian adalah kegiatan penting bagi mereka.
Hal seperti ini dalam kasus tertentu agaknya juga ditemukan pada sejumlah Australopithecus.
Berkat ditemukannya Homo luzonensis dan dibandingkan dengan Homo floresiensis, ahli menyadari bahwa evolusi manusia jauh lebih rumit dari yang diperkirakan sebelumnya.
Asia mungkin masih menyimpan banyak kejutan tentang asal usul moyang kita.
https://sains.kompas.com/read/2019/04/13/170000023/manusia-purba-filipina-masih-kerabat-hobbit-flores-ini-ciri-keduanya