Berdasarkan analisis lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, tampak bahwa gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar aktif.
Dugaan Daryono, sesar yang menjadi pembangkit gempa adalah sesar Peleng dengan jalur arah barat daya ke timur laut dan meneruk ke Teluk Tolo.
Sesar Peleng merupakan sesar aktif yang memiliki laju sesar sebesar 1,0 milimeter per tahun dan magnitudo maksimum yang mencapai magnitudo 6,9.
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan mendatar (strike slip)," tulis Daryono dalam analisisnya yang disampaikan pada Kompas.com, Sabtu (13/4/2019).
Dia melanjutkan, dugaan itu berdasar alasan bahwa lokasi episenter terletak pada kelurusan Sesar Peleng yang menerus ke laut dan sumber gempa ini memiliki mekanisme pergerakan mendatar menganan (dextral).
Dampak gempa ini berdasarkan laporan masyarakat dirasakan di wilayah Poso, Buol, Morowali, Banggai dan Palu pada skala intensitas IV MMI; di Kolaka Utara dan Toli-toli III-IV MMI; di Kotamobagu, Palopo, Kolaka, Makassar dan Kep. Konawe III MMI; di Gorontalo dan Kendari II-III MMI; di Manado, Pinrang dan Konawe II MMI.
Saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa. Hingga pukul 23.50 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan terjadinya aktivitas gempa susulan (aftershock) sebanyak 43 kali dengan kekuatan paling besar M 5,6 dan terkecil dengan M 3,4.
Tektonik dan Sejarah Tsunami
Wilayah Kepulauan Banggai berada di kawasan rawan gempa dan tsunami. Secara tektonik di wilayah ini terdapat beberapa sesar aktif, seperti Sesar Naik Batui, Sesar Balantak, Sesar Ambelang, dan Sesar Peleng,
"Berdasarkan catatan sejarah di Kepualauan Banggai sudah beberapa kali terjadi tsunami," ujar Daryono.
Wilayah ini pernah dilanda tsunami pada 13 Desember 1858. Terjangan tsunami menyebabkan banyak desa-desa di pesisir pantai Kepulauan Banggai mengalami kerusakan yang parah.
Selanjutnya pada 29 Juli 1859 wilayah Kepulauan Pulau Banggai kembali dilanda tsunami yang menerjang dan merusak banyak bangunan rumah yang terletak di wilayah pesisir.
Terakhir adalah tsunami akibat gempa dengan magnitudo 7,5 pada 4 Mei 2000. Gempa ini memicu tsunami yang kemudian melanda Luwuk, Banggai, dan Peleng.
Tsunami Banggai saat itu memiliki ketinggian mencapai 3 hingga 6 meter di Kecamatan Totikum, Kayutanyo, dan Uwedikan dengan landaan tsunami sejauh 100 meter dari garis pantai. Di dermaga Totikum air surut kurang lebih 200 meter.
"Kejadian gempa dan tsunami tahun 2000 ini mengakibatkan korban meninggal sebanyak 46 orang dan 264 orang luka-luka," tutupnya.
https://sains.kompas.com/read/2019/04/13/124429523/gempa-besar-sulteng-bagaimana-sejarah-mencatat-tektonik-dan-tsunami