Kelomang merupakan kerabat dekat kepiting yang hidup di dalam cangkang, biasanya berupa cangkang sisa siput, yang senantiasa dibawanya kemanapun pergi.
Seekor kelomang akan tumbuh hingga mencapai ukuran cangkang yang ditempatinya. Untuk dapat tumbuh lebih lanjut, kelomang harus mencari cangkang yang lebih besar untuk ditinggali.
Jadi, sebelum mencapai batas ukuran cangkang sekarang, kelomang perlu memperoleh cangkang baru yang ideal.
Lalu bagaimana cara kelomang tersebut mengetahui keberadaan cangkang kosong yang dibutuhkannya?
Penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal Ecology and Evolution berhasil mendokumentasikan prosesnya.
Ternyata, kelomang tersebut mencari cangkang baru yang ditinggalkan oleh kelomang lain yang sudah mati lewat kemampuan penciuman khususnya.
Dengan cara menempatkan bangkai kelomang pada beberapa botol di pesisir pantai Kosta Rika, ilmuwan mendapati bahwa puluhan kelomang dari spesies Coenobita compressus akan memadati botol tersebut dalam waktu kurang dari lima menit.
“Para kelomang ini tampak seperti sedang merayakan pemakaman," ujar Mark Laidre, peneliti dari Dartmouth College, Hannover, yang terlibat dalam riset ini, seperti yang dilansir dari Science News, Jumat (29/3/2019).
Temuan ini menunjukan bahwa kelomang memiliki sensitifitas tinggi terhadap bau yang ditinggalkan oleh bangkai sesamanya. Bau ini tidak hanya menandakan bahwa ada kelomang yang mati, tapi juga memberitahu bahwa terdapat cangkang kosong untuk ditempati.
“Kerumunan kelomang ini berbebut mati-matian untuk mendapatkan cangkang yang ditinggalkan," tambah Laidre.
Pencarian cangkang baru merupakan tantangan berat bagi kelomang, terutama kelomang darat.
Kelomang laut terbantu oleh keberadaan gaya apung air sehingga mampu mengangkat beban cangkang yang besar dan berat. Namun untuk kelomang darat, cangkang besar dengan ruang luas di dalamnya mungkin terlalu berat untuk diangkat, sedangkan cangkang yang ringan seringkali malah terlalu sempit.
Selain itu, keberadaan cangkang di darat lebih terbatas, sehingga kompetisi antar sesama kelomang berlangsung lebih ketat.
Penelitian sebelumnya mengungkap bahwa kelomang juga sanggup merenovasi cangkangnya.
Melalui penggunaan cairan korosif yang diproduksinya serta dengan bantuan capitnya, kelomang dapat memperlebar bukaan cangkangnya. Kelomang juga dapat memperluas ruang dalam cangkang dengan cara menipiskan dindingnya.
Proses renovasi ini juga secara tidak langsung mengurangi bobot cangkang.
Meski demikian, renovasi ini membutuhkan waktu dan energi yang sangat besar. Akan jauh lebih mudah jika kelomang mencari cangkang baru yang ditinggalkan individu lain.
Dalam penelitian yang sama, peneliti juga menggunakan bangkai siput dalam botol sebagai umpan.
Namun, respon yang ditunjukan oleh kelomang tampak tidak terlalu antusias.
Lebih banyak kelomang yang muncul pada botol dengan bangkai sesamanya sebagai umpan dibanding dengan bangkai siput.
Chia Hsuan Hsu, peneliti dari National Taiwan University, Taipei, berpendapat bahwa penelitian ini memiliki dampak besar, khususnya bagi upaya konservasi kelomang dan komunitas pesisir pantai secara umum.
“Kita dapat memberitahu publik agar berhenti mengoleksi cangkang dari pantai," tutup Hsu.
https://sains.kompas.com/read/2019/04/09/203000423/butuh-rumah-baru-kelomang-tempati-cangkang-teman-yang-sudah-mati