KOMPAS.com – Penjara Yangcheng di China baru saja menyelesaikan pembangunan sistem pengawasan pintar yang menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Sistem tersebut dirancang untuk selalu mengawasi lebih dari 1.600 narapidana Yangcheng, termasuk para penjahata VVIP, bahkan ketika mereka berada di dalam sel.
Dilaporkan oleh South China Morning Post, Senin (1/4/2019); sistem ini terdiri dari jaringan kamera yang akan merekam semua tindak tanduk narapidana di dalam fasilitas seluas 40 hektar tersebut. Rekaman kemudian dikirimkan ke komputer berteknologi AI untuk diolah lebih lanjut.
Komputer yang dilengkapi dengan fungsi identifikasi wajah dan analisis gerakan ini kemudian akan menghasilkan laporan lengkap berisi analisis perilaku setiap narapidana.
Bila tidak ada masalah, laporan ini langsung disimpan dalam arsip. Namun bila komputer mendeteksi perilaku abnormal, misalnya narapidana ditemukan berjalan maju mundur untuk durasi waktu tertentu di dalam sel, AI akan menyalakan alarm agar sipir manusia dapat melakukan pemeriksaan secara langsung.
Sistem pintar ini diciptakan oleh beberapa insitut penelitian, seperti Universitas Tianjin dan perusahaan teknologi pengawasan Tiandy.
Juru bicara proyek dari Tiandy, Meng Qingbao, berkata bahwa dengan adanya sistem ini, “kaburnya napi akan tinggal sejarah”.
Pasalnya, sistem ini akan selalu mengetahui di mana narapidana dan apa yang ia lakukan, bahkan ketika narapidana tersebut berusaha untuk menyembunyikan diri di kantin atau koridor yang rama sekalipun.
“Teknologi mutakhir ini membuat kamera mampu mengikuti 200 wajah sekaligus,” ujar Meng.
Lalu, kalaupun narapidana mencoba untuk menyuap sipir manusia untuk kabur, AI akan tetap menyalakan alarm untuk memperingatkan sipir lainnya.
Ding Zhenyang dari Tianjin University yang terlibat dalam proyek juga mengatakan hal senada. Namun, alasannya adalah karena sistem tidak hanya terhubung dengan kamera, tetapi juga sensor fiber optik yang bisa mendeteksi gerakan tanah.
Dengan demikian, kalaupun ada narapidana yang mencoba untuk merusak kamera dan kabur lewat terowongan bawah tanah, sistem akan tetap bisa menangkapnya.
Tidak etis
Akan tetapi, tidak semua orang menyambut baik penggunaan sistem ini di penjara.
Penggunaan teknologi untuk memonitor narapidana 24 jam sehari dianggap tidak etis oleh beberapa pihak.
Zhang Xuemin, misalnya. Profesor fisiologi dari Beijing Normal University yang mempelajari perilaku manusia di lingkungan ekstrem ini berkata bahwa sistem tersebut pasti akan mempengaruhi kehidupan dan kondisi mental narapidana.
Padahal, aturan dari Komisaris Tinggi untuk Hak Asasi Manusia Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) menegaskan bahwa narapidana juga harus diperlakukan dengan hormat sesuai denga martabat dan nilai yang melekat kepadanya sebagai manusia.
Zhang juga berkata bahwa hal ini akan mendorong narapidana untuk mencari cara baru mengelabuhi AI atau menggunakannya untuk kepentingan pribadi.
“Teknologi tidak seharusnya menggantikan manusia,” ujarnya.
https://sains.kompas.com/read/2019/04/07/173558523/dijaga-sipir-ai-mustahil-untuk-kabur-dari-penjara-china-ini