KOMPAS.com - Sebuah fenomena gempa langka terjadi pada Minggu (07/04/2019) pagi. Hal ini disampaikan oleh Kepala Bidang Informasi Gempa bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono.
Gempa yang pada pukul 04.54 WIB tersebut berkekuatan M 6,3 di wilayah perbatasan Laut Flores dan Laut Banda.
Dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Minggu (07/04/2019), episenter terletak pada koordinat 6,91 Lintang Selatan dan 125,0 Bujur Timur tepatnya di laut pada kedalaman 545 kilometer.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, tampak bahwa gempa ini merupakan gempa dalam (deep focus earthquake) yang dipicu oleh adanya deformasi batuan di kedalaman tersebut," ungkap Daryono.
"Gempa hiposenter dalam yang melebihi 300 kilometer dinilai sebagai fenomena alam yang menarik karena sangat langka dan jarang terjadi," tegasnya.
Meski berkekuatan cukup besar, tapi hingga pagi ini pukul 6.00 WIB belum ada laporan mengenai dampak gempa baik dirasakan atau menimbulkan kerusakan.
"Patut disyukuri bahwa gempa tadi pagi tidak berdampak, karena hiposenternya yang sangat dalam sehingga energinya sudah mengalami atenuasi dan perlemahan setelah sampai di permukaan Bumi," kata Daryono menjelaskan.
Meskipun tidak berdampak, menurut Daryono, gempa ini sangat menarik untuk dikaji untuk kemajuan sains kebumian.
"Gempa ini juga menjadi bukti bahwa aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia di kedalaman di bawah 500 kilometer masih aktif," tutur Daryono.
Hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya 1 kali gempa bumi susulan yang tercatat pada pukul 5.19.30 WIB dengan kekuatan M 4,7.
"Secara tektonik, wilayah laut Flores memang terletak di zona pertemuan 2 lempeng tektonik," kata Daryono.
"Di wilayah tersebut Lempeng Indo-Australia menunjam curam hingga kedalaman lebih dari 600 kilometer," imbuhnya.
Meninggalkan Banyak Tanda Tanya
Daryono mengatakan bahwa proses terjadinya gempa hiposenter dalam hingga kini masih menyisakan banyak tanda tanya.
"Ada teori yang menjelaskan kaitannya dengan perubahan sifat kimiawi batuan pada suhu dan tekanan tertentu," tutur Daryono.
"Namun juga ada dugaan bahwa lempeng tektonik di kedalaman 410 kilometer mengalami gaya slab pull (gaya tarik lempeng ke bawah). Sedangkan pada bagian lempeng di kedalaman lebih dari 600 kilometer terjadi gaya apung lempeng yang menahan ke atas (slab buoyancy)," katanya menambahkan.
Jika ditinjau dari hiposenternya, gempa tadi pagi yang berkedalaman 545 kilometer. Menurut Daryono, ini terletak di zona transisi mantel pada kedalaman 410-600 kilometer.
"Aktivitas seismik yang terjadi tadi pagi tampaknya lebih disebabkan oleh adanya pengaruh gaya slab pull yaitu gaya tarik lempeng ke bawah akibat tarikan gravitasi Bumi yang ditandai dengan mekanisme sumber gempanya yang berupa sesar turun," Daryono menjelaskan.
Menutup keterangannya, Daryono menegaskan bahwa sangat jarang ada gempa seperti ini.
https://sains.kompas.com/read/2019/04/07/110000023/langka-dan-masih-misteri-gempa-sangat-dalam-terjadi-di-laut-flores-dan-laut