LEIDEN, KOMPAS.com - Keguguran adalah salah satu peistiwa tak menyenangkan bagi banyak calon ibu. Apalagi jika keguguran tersebut tidak terjadi sekali, tapi berulang.
Kini, sebuah studi di Belanda menemukan pencegahan keguguran berulang. Menurut studi tersebut, seks oral dikaitkan dengan berkurangnya kejadian keguguran berulang.
Keguguran berulang sendiri adalah ketika seorang perempuan mengalami tiga atai lebih kehilangan kehamilan sebelum 20 minggu. Diperkirakan, kejadian ini dialami oleh 1 persen perempuan di dunia.
Penyebab keguguran berulang bisa bervariasi, mulai dari anomali rahim, gangguan endokrin, trombofilia bawaan, hingga kelainan kromosom.
Sayangnya, bagi banyak pasangan, penyebab keguguran yang berulang tidak pernah benar-benar teridentifikasi.
Tim ahli kebidanan Belanda dari Leiden University Medical Center kini mengidentifikasi blindspot yang berkaitan dengan keguguran berulang. Menurut mereka, selama ini keguguran berulang sering dikaitkan dengan fenomena imunologi pada sistem kekebalan tubuh ibu.
Sedangkan, faktor ayah belum banyak dieksplorasi. Padahal, beberapa peneliti menunjukkan bahwa laki-laki (terutama air mani mereka) bisa mempengaruhi sistem kekebalan tubuh perempuan sebelum dan setelah konsepsi (bertemunya sel telur dan sperma).
Hal ini mengarahkan penelitian mereka pada pemikiran bahwa toleransi ibu spesifik janin terhadap antigen pihak ayah bisa diinduksi melalui paparan sperma, tidak hanya vaginal tapi juga oral.
Salah satu studi pada 2000 menemukan bahwa seks oral dan tindakan menelan sperma berkorelasi dengan berkurangnya kejadian pre-eklampsia (keracunan kehamilan) pada perempuan.
Hasil tersebut tidak lantas berarti seorang ibu hamil harus atau tidak boleh melakukan seks oral. Tapi, temuan itu memacu tim dari Leiden untuk menggali lagi alasan biologi di baliknya.
Penelitian kemudian dilakukan dengan mengamati 97 perempuan yang mengalami tiga keguguran berturut-turut tanpa alasan teridentifikasi dan berusia di bawah 36 tahun saat keguguran ketiga.
Hasil dari para perempuan ini kemudian disandingkan dengan kelompok kontrol, yaitu 137 perempuan yang tidak mengalami keguguran berulang.
Hasil kuesioner menunjukkan, perempuan yang tidak mengalami keguguran rata-rata melakukan lebih banyak seks oral secara signifikan pada pasangan mereka.
Dalam analisis, 56,9 persen dari kelompok keguguran melaporkan secara signifikan lebih sedikit melakukan hubungan seks oral dengan pasangan mereka dibandingkan 72,9 persen dari kelompok non-keguguran yang melaporkan seks oral.
Hasil yang dilaporkan dalam Journal of Reproductive Immunology itu tidak menunjukkan hubungan sebab akibat apa pun, karena tidak ada bukti sama sekali bahwa seks oral adalah apa yang berkontribusi terhadap pengurangan keguguran ini.
Ada beberapa faktor lain yang berperan dan penelitian ini hanya melihat satu bagian kecil dari suatu hubungan, dan hanya melalui pelaporan diri.
Tetapi para peneliti mengatakan, itu memberikan bukti bahwa cara perempuan terpapar dengan air mani dan aktivitas seksual yang mereka lakukan bersama pasangan bisa menjadi faktor keguguran.
Kandungan Air Mani
Meski begitu, mereka menyebut perlunya penelitian lebih lanjut untuk memahami mengapa keguguran terjadi. Harapannya adalah para peneliti bisa menemukan cara untuk mengurangi keguguran di masa depan.
"Studi kontrol kasus yang cocok ini menunjukkan bahwa wanita dengan keguguran berulang memiliki lebih sedikit seks oral dibandingkan dengan wanita dengan kehamilan yang lancar," penulis menjelaskan dikutip dari Science Alert, Rabu (03/04/2019).
"Ini sejalan dengan hipotesis bahwa usus memiliki penyerapan yang paling memadai dalam ketiadaan lingkungan inflamasi, dan air mani mengandung antigen HLA terlarut yang sudah dapat menginduksi toleransi imun ibu terhadap antigen ayah yang diwariskan dari janin sebelum implantasi," sambung mereka.
Para peneliti mengatakan paparan vagina terhadap antigen ayah juga merupakan faktor yang terlibat dalam kehamilan yang sukses.
Hal tersebut menunjukkan bahwa temuan ini dapat dijelaskan oleh faktor imunoregulasi yang terkandung dalam air mani, seperti sitokin, hormon, dan antigen HLA (sHLA) terlarut, yang bisa berperan fungsi penting dalam menciptakan toleransi ibu yang memengaruhi kelangsungan hidup janin selama kehamilan.
Para peneliti mengakui bahwa studi mereka yang relatif kecil membutuhkan tindak lanjut yang lebih besar. Mereka mengakui bahwa temuan mereka tetap hanya hipotesis untuk saat ini.
Meskipun demikian, mereka menyarankan paparan oral terhadap air mani dapat menginduksi toleransi ibu terhadap antigen paternal, dan karenanya dapat "mempengaruhi hasil kehamilan dengan cara yang positif".
https://sains.kompas.com/read/2019/04/03/193400023/-ibu-hamil-seks-oral-bisa-turunkan-risiko-keguguran-berulang