33 dari 44 negara yang disurvei menunjukkan kasus kanker prostat stabil dalam lima tahun terakhir. Sementara tujuh negara lainnya mengalami penurunan.
Hanya ada empat negara yang menunjukkan peningkatan, termasuk Bulgaria.
"Dalam lima tahun terakhir, angka kejadian kanker prostat dan kematian akibatnya mengalami penurunan atau stabil di sebagian besar dunia," ujar penulis studi, MaryBeth Freeman dilansir AFP, Selasa (2/4/2019).
Untuk angka kematian akibat kanker prostat, Freeman dan timnya menemukan 14 negara yang disurvei mengalami penurunan. Hanya tiga negara yang mengalami peningkatan kematian.
AS adalah negara dengan penurunan kanker prostat terbesar. Oleh Freeman, hal ini dikaitkan dengan penurunan penggunaan tes diagnostik kontrovesial yang mengidentifikasi banyak tumor tidak berbahaya.
Insiden kanker prostat meningkat di AS pada 1980-an sampai awal 1990-an. Sejak saat itu, Prostate-Specific Antigen (PSA) atau tes darah menjadi tersedia luas.
Namun tes ini tidak tepat dan memunculkan terlalu banyak kesalahan. Alat itu mengidentifikasi tingkat PSA yang lebih tinggi dibanding angka normal dan protein yang diproduksi prostat - salah satu tanda kanker prostat, tapi sebenarnya bisa menjadi gejala penyakit lain.
Selain itu, beberapa kanker prostat tidak agresif dan tidak tumbuh untuk menimbulkan risiko.
Sebaliknya, hasil diagnosis palsu dapat memicu risiko bahaya bagi pasien, seperti kecemasan, komplikasi terkait biopsi dan perawatan anti kanker.
Pada 2012, Satuan Tugas Layanan Pencegahan AS, panel ahli yang meninjau efektivitas layanan klinis preventif menyarankan agar tidak menggunakan tes PSA.
Pada 2018 saran itu direvisi menjadi tes adalah keputusan setiap pria berusia 55 hingga 69 tahun. Namun pria di atas 70 tahun atau lebih disarankan tidak melakukan tes PSA.
https://sains.kompas.com/read/2019/04/03/094056923/kabar-baik-angka-kanker-prostat-di-dunia-menurun