Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tuai Pujian dari Menkes, Ini Cara Singkawang Lawan TBC

KOMPAS.com – Menteri Kesehatan RI Nila F Moeloek sangat mengapresiasi upaya Singkawang mengeliminasi tuberculosis (TBC). Hal itu diungkapkannya usai mendengar paparan Kepala Dinas Kesehatan Singkawang Drs Akhmad Kismed dalam rapat kerja kesehatan daerah (rakerkesda) kalimantan Barat di Pontianak, Kamis (28/3/2019).

“Untuk pengobatan TB paru, TB BTA (+) tahun 2018 kohort2018 ini cure rate-nya (angka kesembuhan) mencapai 55,3 persen, sementara success rate-nya(angka keberhasilan pengobatan) mencapai 89,4 persen. Untuk TB non BA, success rate 92,2 persen,” kata Akhmad.

Dia melanjutkan, sehingga kalau kita total semua, BTA  dan non BTA, kita sudah mencapai success rate 91,1 persen. Alhamdulillah, ini sudah melebihi target 90 persen.

Apa yang dicapai oleh Singkawang ini bukan hal biasa. Untuk itu, Kompas.com berbicara dengan Akhmad di sela rakerkesda untuk mengetahui kiat daerah tersebut melawan TBC.

Hal pertama yang dilakukan oleh Singkawang adalah mengubah cara mereka dari pencarian kasus pasif (passive case finding) menjadi pencarian kasus aktif (active case finding).

“Pada saat pertemuan-pertemuan di provinsi, saat saya masih Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, saya sampaikan, ‘Kita kalau nunggu, enggak akan bisa. Kita harus coba inovasi. Kita harus aktif, tapi kita harus selektif’,” ujarnya.

Aktif tetapi selektif yang dimaksud Akhmad adalah menemukan kasus TBC lain di lingkungan sekitar pasien yang terdiagnosis TBC, misalnya keluarga atau tetangga pasien yang ikut tertular, dengan mendatangi rumah pasien secara langsung. Metode ini disebut dengan contact tracing.

Usulan tersebut , kata Akhmad, sempat ditolak karena tidak sesuai dengan program pemerintah pusat. Namun, dia dan timnya tetap bersikukuh dengan melakukan contact tracing secara sembunyi-sembunyi.

Kini, contact tracing telah dilakukan secara masif di Singkawang. Dinkes juga melibatkan semua rumah sakit di Singkawang untuk ikut berperan serta.

“Yang penting rumah sakit menemukan, lapor ke kita. Kalau mau diobati di rumah sakit, silahkan karena kita punya obatnya. Kalau mau merujuk ke puskesmas di mana pasien itu tinggal, juga silahkan karena kita layani di puskesmas,” katanya.

Dinkes Singkawang juga bekerja sama dengan TB HIV Care untuk melatih kader dari masyarakat sebagai perpanjangan tangan yang akan memberikan penyuluhan kepada masyarakat. Bila ada yang dicurigai memiliki gejala-gejala klinis TBC, kader juga bertugas untuk memotivasi mereka agar mendapatkan layanan kesehatan.

Akhmad mengatakan, terlepas nanti hasilnya positif atau tidak, itu urusan belakangan. Yang penting ada gejala-gejala klinis, bawa untuk periksa di puskesmas untuk ditindaklanjuti kalau positif. Kalau negatif tapi gejala klinisnya kuat, bisa dirujuk ke rumah sakit untuk diberikan pemeriksaan rontgen.

Bila ditemukan positif memiliki TBC, kader kemudian akan mendampingi keluarga pasien untuk memantau agar pasien terus mengonsumsi obatnya hingga benar-benar sembuh.

Berkat pendekatan ini, Singkawang kini sudah bisa mendeteksi dan mengobati semua tipe TBC, tidak terbatas pada yang BTA (+) saja. Keberhasilan ini pun menuai pujian dari Menteri Kesehatan RI Nila F Moeloek.

https://sains.kompas.com/read/2019/03/31/200700723/tuai-pujian-dari-menkes-ini-cara-singkawang-lawan-tbc

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke