KOMPAS.com - Untuk pertama kalinya, para peneliti berhasil menggunakan sperma berkualitas hasil pengembangan jaringan testis monyet yang dibekukan dengan sistem pembekuan kriogenik.
Seekor bayi kera yang sehat pun berhasil lahir dengan memanfaatkan metode tersebut. Bayi kera bernama Grady ini menjadi kera pertama yang lahir dari jaringan testis beku.
Keberhasilan ini, menurut para peneliti, juga merupakan salah satu solusi yang dapat mengatasi masalah kesuburan pada anak laki-laki yang mengalami infertilitas akibat perawatan kanker.
"Beberapa perawatan kanker bekerja dengan membunuh sel-sel yang membelah dengan cepat. Karena sel sperma di testis dan oosit di ovarium membelah dengan cepat, mereka rentan terhadap toksisitas, terutama dari kemoterapi," ungkap Lynne Elmore, peneliti dari American Cancer Society.
"Infertilitas permanen kemudian dapat terjadi pada laki-laki jika semua sel yang belum matang dalam testis membelah diri untuk memproduksi sperma lagi dan rusak, sehingga tidak dapat lagi memproduksi sperma," tambah Elmore.
Untuk orang dewasa, sperma dan sel telur dapat dibekukan dan kemudian digunakan di kemudian hari. Namun untuk anak-anak tentu hal tersebut belum bisa mereka lakukan.
Namun, yang bisa dilakukan adalah mempertahankan jaringan ovarium serta testis.
Pada anak perempuan, jaringan pernah ditransplantasikan kembali ke pasien dan kesuburannya kembali. Sayang, untuk anak laki-laki belum ada yang bisa dilakukan untuk mengembalikan sperma dari jaringan.
Dalam penelitian sebelumnya, para ilmuwan sudah menggunakan pembekuan jaringan testis untuk menghasilkan keturunan tikus dan babi. Untuk memajukan penelitian agar bisa diujicobakan pada manusia, para ilmuwan harus menunjukkan bahwa metode tersebut juga berhasil jika diterapkan pada primata, dan dapat menghasilkan keturunan yang sehat.
Jadilah penelitian berikutnya dilakukan dengan mengambil jaringan testis dari kera rhesus dewasa yang dikebiri. Jaringan kemudian dibekukan sebelum dicangkokkan di bawah kulit. Cangkokan ini kemudian tumbuh untuk membantu menghasilkan testosteron dan sperma.
Sperma kemudian digunakan untuk inseminasi melalui injeksi sperma (ICSI), di mana sel sperma tunggal disuntikkan langsung ke sitoplasma telur.
Secara total, 138 telur dibuahi oleh ICSI. Dan satu kehamilan dikonfirmasi pada Desember 2017. Tim peneliti dari AS dan Kanada tersebut menghasilkan monyet pertama dari jaringan testis yang dibekukan bernama Grady yang lahir pada April 2018.
Sejauh ini, para peneliti mengungkapkan jika perkembangan Grady sudah normal.
"Kami terus memantau kesehatan, interaksi sosial, dan aktivitas bermain Grady. Perkembangannya mirip dengan monyet-monyet lain pada usia yang sama," kata Kyle Orwig, peneliti dari University of Pittsburg School of Medicine.
Tim menyebut, sementara akan lebih baik memperbanyak penelitian pada monyet. Sebab, mereka berharap agar metode tersebut dapat bekerja pada jaringan manusia.
"Saya pikir ini adalah teknologi matang yang siap diterapkan pada manusia. Dan kami ingin menunjukkan bahwa pendekatan yang sama akan bekerja dengan jaringan manusia," ungkapnya.
Meski disambut baik, ada juga pihak yang mendesak kehati-hatian atas hasilnya dengan menyebutkan adanya keterbatasan serta kekhawatiran dalam penelitian ini.
Misalnya, jika pasien menderita leukimia, limfoma atau kanker testis; pencangkokan justru dapat menimbulkan kembali sel-sel kanker. Juga masih belum jelas, apakah cangkok akan menghasilkan sperma tanpa inang yang sudah dikebiri.
Penelitian sudah dipublikasikan di Science .
https://sains.kompas.com/read/2019/03/26/190300723/pertama-di-dunia-monyet-lahir-dari-jaringan-testis-beku