KOMPAS.com – Upaya para pemerhati lingkungan untuk menyelamatkan orangutan Tapanuli dari dampak proyek PLTA Batangtoru mulai menunjukkan hasil.
Pada 4 Maret 2019, Bank of China menyatakan akan mengevaluasi kembali pendanaan proyek tersebut melalui situs resminya.
“Kami berkomitmen untuk mendukung perlindungan lingkungan hidup global dan menegakkan prinsip-prinsip green finance,” tulis mereka.
“Bank of China akan mengevaluasi proyek tersebut (PLTA Batangtoru) dengan sangat hati-hati dan mengambil keputusan yang bijak dengan mempertimbangkan promosi pendanaan hijau, sebagai tanggung jawab sosial kami dan juga kepatuhan terhadap prinsip komersial,” imbuhnya lagi.
Perlu Anda ketahui, PLTA Batangtoru adalah proyek senilai 1,6 juta dollar AS atau sekitar Rp 23 miliar yang dibangun oleh PT PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) dan Sinohydro dari Tiongkok. Proyek ini juga didanai oleh Bank of China.
Seperti dilaporkan oleh Kompas.com sebelumnya, PLTA Batangtoru menjadi kekhawatiran bagi para pemerhati lingkungan karena dianggap mengancam habitat orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) yang kini hanya tersisa 800 ekor dan terancam punah.
Dalam wawancara terbatas pada Selasa (5/3/2019); Panut Hadisiwoyo selaku Founding Director Orangutan Information Center (OIC) menjelaskan bahwa populasi orangutan Tapanuli terfragmentasi menjadi tiga blok. Blok barat berisi 600 ekor, blok timur berisi 160 ekor dan sibualbuali berisi 30 ekor.
Blok-blok ini perlu segera disatukan kembali karena sifat orangutan Tapanuli yang 100 persen arboreal dan tidak bisa menyebrangi wilayah tanpa adanya pohonnya. Akan tetapi, titik-titik yang paling memungkinkan untuk menghubungkan tiga blok berada tepat di wilayah pembangunan PLTA Batangtoru.
Selain itu, aktivitas pembangunan dan manusia PLTA Batangtoru dikhawatirkan akan membuat orangutan Tapanuli tergusur ke dataran yang lebih tinggi. Pada dataran tinggi yang bukan habitat alaminya, spesies ini akan menjadi semakin rentan terhadap kepunahan karena persaingan untuk makanan dan pasangan menjadi lebih sengit.
Dalam upaya menyelamatkan orangutan Tapanuli; Panut, Glenn Hurowitz selaku CEO Mighty Earth, Hardi Baktiantoro dari Center of Orangutan Protection, dan Arrum dari Sumatran Orangutan Conservation Programme yang tergabung dalam Koalisi Indonesia pun menyurati Joko Widodo agar sang Presiden membatalkan pembangunan PLTA Batangtoru.
Dengan adanya pernyataan terbaru dari Bank of China ini, Koalisi Indonesia pun bisa sedikit lebih lega.
Glenn mengatakan, ini kabar baik bagi kami. Bank of China memang harus sadar bahwa proyek yang mereka biayai di Batangtoru itu akan merusak lingkungan. Untuk itu kami harap mereka benar-benar mengevaluasi pendanaan tersebut dengan tidak mengecilkan resiko yang kami dan para ahli sampaikan.
Panut pun menambahkan, yang kami harapkan adalah untuk proyek tersebut dihentikan, mulai dari pendanaan yang diberikan oleh Bank of China hingga perencanaan untuk Perusahaan Listrik Nasional (PLN) sebagai pembelinya.
https://sains.kompas.com/read/2019/03/13/173400423/banyak-diprotes-bank-of-china-evaluasi-kembali-plta-batangtoru