KOMPAS.com - Warna apa yang ada di benak Anda ketika mendengar kata gunung es? Sebagian dari Anda mungkin menyebut warna putih, dan sebagian lagi warna biru.
Tapi, bagaimana jika ada gunung es berwarna hijau? Ya, sejak tahun 1900-an, para pelaut dan penjelajah di sekitar Antartika kadang menemui gunung es hijau bak batu giok mengambang.
Selama itu pula, para ilmuwan kebingungan untuk menjelaskan fenomena tak biasa ini. Tapi, kini para ilmuwan mungkin memiliki penjelasa paling masuk akal.
Dalam makalah yang dipublikasikan di Journal of Geophysical Research: Oceans, tim ahli glasiologi menyebut bahwa gunung es ini berubah warna menjadi hijau karena besi oksida yang dibawa dari daratan Antartika.
Jika pendapat itu benar, berarti gunung es batu giok ini mengandung nutrisi penting untuk mendukung hampir semua kehidupan laut.
Pengantar "Nutrisi" Laut
"Ini seperti membawa paket ke kantor pos. Gunung es itu mengirimkan zat besi ke laut jauh, dengan mencair dan mengirimkannya ke fitoplankton sebagai nutrisi," ungkap Stephen Warren, penulis utama penelitian ini dikutip dari Science Alert, Kamis (07/03/2019).
"Kami selalu berpikir gunung es hijau ini menjadi rasa penasaran yang eksotis, tapi kini kami mengira mereka mungkin benar-benar penting," imbuh ahli glasiologi dari University of Washington itu.
Warren mulai mempelajari fenomena ini pada tahun 1988. Pada awalnya, dia tidak terkesan dengan warna gunung es tersebut tapi pada kepadatannya.
Gunung es itu berbeda dengan gunung es normal lainnya yang di bangun dari salju dikemas. Gunung es hijau tersebut tampaknya tidak memiliki kantong udara apa pun.
"Es ini tidak memiliki gelembung," kata Warren.
"Jelas bahwa itu bukan es gletser biasa," tegasnya.
Setelah mengambil sampel dari beberapa gunung es hijau dan menganalisisnya, Warren dan koleganya menyadari bahwa struktur beku ini bukan pecahan gletser.
Sebaliknya, gunung es hijau itu dibentuk oleh es laut, yaitu air lautan yang membeku dan menempel di bawah lapisan es Antartika.
Hal ini lah yang membuat para peneliti berkesimpulan bahwa warna hijau berasal dari tumbuhan dan hewan laut yang terlarut, telah mati tapi masih mengambah di air.
Bahan-bahan organik itu berwarna kuning, Tapi ketika terperangkap dalam es berwarna biru, itu akan mengubah warnanya jadi hijau.
Ketika para peneliti mengukur bahan organik mereka menemukan, hanya sedikit perbedaan antara gunung es hijau dan biru. Mereka kemudian berpikir ada hal lain yang mempengaruhinya.
Petunjuk Besar
Selama beberapa dekade, alasan mengapa hasil keduanya tidak jauh berbeda mengganggu Warren. Hingga akhirnya, beberapa tahun lalu, dia menemukan petunjuk besar.
Pada 2016, sebuah tim ahli kelautan yang dipimpin oleh Laura Herraiz-Borreguero dari University of Copenhagen menguji inti es yang diambil dari Rak Es Amery pada tahun 1968.
Hasilnya, si bagian paling bawah, mereka menemukan es laut dengan besi hampir 500 kali lebih banyak dari pada es gletser di atasnya.
Besi oksida sendiri cenderung memiliki warna berkarat. Zat ini biasanya ditemukan di bebatuan di daratan Antartika.
Faktanya, ketika gletser mengalir di atas batuan, mereka sering mengikisnya menjadi bubuk halus yang masuk ke laut.
Warren dan koleanya berpikir debu besi oksida ini terperangkap di bawah lapisan es dan masuk ke dalam es laut.
Hipotesis mereka, hal inilah yang menyebabkan warna zambrud yang menakjubkan. Meski begitu, hipotesis ini masih perlu dibuktikan dengan serangkaian tes lebih lanjut.
https://sains.kompas.com/read/2019/03/08/190648923/bak-tukang-pos-gunung-es-berwarna-hijau-ini-antarkan-nutrisi-lautan