Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Punya Antibeku dalam Darah, Ikan Ini Hidup di Area Terdingin Bumi

Selain bisa hidup di bawah titik beku air tawar, C. aceratus juga punya keunikan lain. Spesies itu tidak memiliki hemoglobin atau sel darah merah. Setidaknya spesies ini merupakan satu-satunya vertebrata yang tidak punya hemoglobin.

Daya tarik itulah yang kemudian membuat para ilmuwan penasaran dan ingin mencari tahu evolusinya.

Untuk itu, tim peneliti Internasional memetakan lebih dari 30.000 gen ikan C. aceratus, lengkap dengan genomnya.

Proyek ini bertujuan memahami bagaimana hewan berevolusi agar bisa beradaptasi dengan lingkungan ekstrem seperti di Antartika.

Seperti disinggung di atas, ikan C. aceratus merupakan satu-satunya vertebrata yang tidak memiliki gen hemoglobin. Ini artinya, tubuh mereka tidak menghasilkan sel darah merah yang membawa oksigen ke dalam darah sehingga darahnya berwarna putih pekat.

Mereka bisa disebut mengalami anemia terus menerus. Seperti diketahui, anemia adalah gangguan yang terjadi saat tubuh kekurangsan sel darah merah atau hemoglobin (protein spesifik yang mengikat oksigen).

Selain tak punya sel darah merah, ikan itu juga memiliki hati berukuran besar dan tulang dengan kepadatan mineral.

Kalau hal ini dialami manusia, besar kemungkinan dokter akan menyimpulkan bahwa pasien menderita penyakit atau kelainan.

Walau hal ini aneh untuk kita, tapi semua karakteristik tersebut diyakini ahli sangat penting untuk kelangsungan hidup para ikan es.

Sebuah studi yang berusia 77 tahun mengungkap subordo ikan es Notothenioidei menyimpang dari garis keturunan dan menghasilkan ikan stickleback. Sejak evolusi itu terjadi, ikan es diketahui memiliki beberapa fitur penting.

“Icefish mengembangkan mekanisme yang tampaknya mengkompensasi hilangnya protein pengikat oksigen, termasuk jantung yang sangat besar dengan peningkatan volume stroke relatif terhadap ukuran tubuh, peningkatan sistem vaskular, dan perubahan dan morfologi (struktur tubuh),” tulis para penulis dalam studi yang terbit di jurnal Nature Ecology & Evolution.

Melansir Newsweek, Selasa (26/2/2019), evolusi itu menguntungkan mereka untuk mengembangkan kemampuan untuk memproduksi protein yang berfungsi sebagai “antibeku”.

Ini memungkinkan mereka bertahan hidup di iklim ekstrem dan saat suhu mendingin.

Saat ini, rata-rata suhu air di wilayah Antartika berkisar sekitar 29 derajat Fahrenheit atau -1,6 derajat Celsius. Penting untuk dicatat bahwa air laut memiliki titik beku lebih rendah daripada air tawar.

Para ahli menyebut, dalam evolusinya ice fish juga kehilangan banyak fitur, termasuk gen yang berkaitan dengan ritme sitkadian.

Fitur itu menghilang saat ikan es terbiasa hidup di lingkungan yang sepanjang tahun terpapar cahaya matahari atau terus menerus hidup di kegelapan.

Menurut rekan penulis studi, John Postlethwait dari Universitas Oregon, menyelidiki genom ikan es dapat memberi pengetahuan lebih tentang tubuh manusia.

"Memahami bagaimana sifat-sifat ini muncul dari waktu evolusi dalam es dapat membantu kita untuk menghargai bagaimana sifat-sifat serupa, seperti kehilangan tulang, penurunan kemampuan untuk membuat sel darah, masalah sistem peredaran darah, obesitas, timbul pada penuaan manusia," tutupnya.

https://sains.kompas.com/read/2019/02/27/183948123/punya-antibeku-dalam-darah-ikan-ini-hidup-di-area-terdingin-bumi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke