Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Fenomena Equinox Mungkin Ada di Balik Pembangunan Piramida Giza

Hal menarik tentang  piramida Giza bukan hanya terkait ruang kosong dan tersembunyi, tapi juga teka-teki bagaimana orang Mesir kuno membangun struktur yang sangat memukau tanpa teknologi modern.

Salah satu hal yang paling membingungkan adalah bagaimana bangunan itu bisa sangat sejajar dan mendekati sempurna.

Meski piramida Giza agak miring, keseluruhan sisi persegi yang mencapai 138,8 meter cukup lurus dan sejajar dari utara, selatan, timur, dan barat.

Berbagai teori muncul untuk mengungkap bagaimana orang Mesir kuno membangun piramida Giza. Terbaru, seorang arkeolog menyodorkan gagasan yang datang dari fenomena equinox.

"Orang Mesir kuno yang membangun piramida Giza kemungkinan besar menyelaraskan pembangunan dengan titik-titik utama dari akurasi busur dengan sangat terperinci, atau seper 15 derajat," tulis arkeolog Glen Dash dalam laporan yang terbit di jurnal Ancient Egyptian Architecture.

Faktanya, tiga piramida terbesar di Mesir, dua di Giza dan satu di Dahshur, sangat sejajar padahal dibuat di era minim teknologi, tanpa drone, blue print, atau pemodelan komputer. Semua dilakukan secara tradisional pada masa itu.

"Ketiga piramida menunjukkan sedikit error yang sama, ketiganya berputar sedikit berlawanan dengan arah jarum jam dari titik kardinal," imbuh Dash.

Melansir Science Alert, Minggu (24/2/2019),sejauh ini ada banyak dugaan dari para ilmuwan  tentang bagaimana orang-orang Mesir kuno membangun piramida Agung.

Ada yang menyebut mereka menggunakan bintang kutub atau menggunakan bayangan matahari untuk membangun monumen yang sejajar. Meski begitu, rahasia pembangunan piramida Agung masih belum jelas dan tetap menjadi misteri.

Berbeda dengan yang lain, Dash menduga cara orang Mesir membangun piramida 4.500 tahun lalu lebih sederhana dari yang dibayangkan ilmuwan lain.

Dash meyakini orang Mesir kuno menggunakan equinox musim gugur untuk membangun monumen yang sejajar.

Melansir BMKG, equinox adalah fenomena astronomi alami di mana matahari melintasi garis khatulistiwa. Peristiwa ini biasanya terjadi dua kali dalam setahun.

Pengukuran equinox sebelumnya tidak pernah dilirik bisa menjadi metode penyelarasan karena adanya asumsi tidak akan memberi akurasi yang cukup.

Namun Dash berhasil menunjukkan bahwa cara ini sangat efektif. Dalam pembuktiannya, Dash menggunakan semacam batang atau gnomon yang diletakkan dengan posisi berdiri.

Dia melakukan eksperimennya mulai pada hari pertama musim gugur 2016, tepatnya 22 September 2016, dan menggunakan gnomon untuk membuat bayangan.

Saat bayangan terkena matahari, maka akan membentuk garis lurus. Dia melacak titik bayangan secara berkala, membentuk kurva titik yang halus.

Di penghujung hari, dengan seutas tali yang dililitkan di tiang, ia menemukan dua titik kurva dan menariknya menjadi garis lurus yang membentang dari timur ke barat.

Metode ini juga dikenal sebagai lingkaran India. Anda dapat melihat prosesnya di bawah ini.

"Saat equinox terjadi, orang yang bertugas mengukur tanah dapat menemukan bayangan membentuk garis lurus hampir sempurna dari timur ke barat," ungkap Dash.

Percobaan ini dilakukannya di Connecticut, AS. Namun Dash berkata, hal yang sama seharusnya juga bisa berhasil dilakukan di Mesir.

Meski temuannya secara teknis memberi gambaran bagaimana piramida Giza dibangun, namun belum ada yang dapat memastikan dan memberi bukti kuat.

"Sayangnya orang Mesir kuno hanya memberi sedikit petunjuk. Tidak ada dokumen teknik atau rencana arsitektur yang ditemukukan sehingga tidak jelas bagaimana orang Mesir Kuni membangun kuil atau piramida yang sejajar dan lurus," tulis Dash.

Meski kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, makalah baru ini cukup menarik. Ternyata sesuatu yang sederhana seperti memetakan bayangan selama equinox bisa menjadi metode canggih untuk membangun struktur kuno bersejarah.

https://sains.kompas.com/read/2019/02/25/133800523/fenomena-equinox-mungkin-ada-di-balik-pembangunan-piramida-giza

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke