KOMPAS.com - Revolusi industri 4.0 menjadi pembahasan pada debat capres Minggu (17/02/2019) malam kemarin. Meski cukup populer, banyak masyarakat yang masih bingung tentang revolusi industri 4.0 ini.
Salah satu pertanyaan yang cukup banyak menyita perhatian adalah sejarah dari revolusi industri 1.0 hingga 4.0.
Melansir dari salah satu laman sekolah vokasi Universitas Gadjah Mada, istilah revolusi industri sendiri merujuk pada perubahan yang terjadi pada manusia dalam melakukan proses produksinya.
Revolusi Industri 1.0
Istilah ini pertama kali muncul sekitar tahun 1750-an. Tahun-tahun tersebutlah yang sering disebut masa revolusi industri 1.0.
Pada masa tersebut, terjadi perubahan secara besarbesaran dalam bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi.
Revolusi bermula ketika mesin bertenaga air dan uap dikembangkan untuk membantu pekerja. Mesin-mesin itu menggantikan tenaga manusia dan hewan untuk meningkatkan kemampuan produksi.
Perubahan ini memiliki dampak besar terhadap kondisi ekonomi, sosial, dan budaya dunia. Sejarah bahkan mencatat, revolusi ini berhasil menaikkan perekonomian dunia selama dua abad berikutnya.
Revolusi Industri 2.0
Dua abad setelah revolusi industri 1.0, atau tepatnya pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, terjadi revolusi industri 2.0.
Merangkum dari laman APICS.org, pada masa tersebut, listrik mulai menggantikan tenaga air dan uap sebagai sumber daya utama. Listrik dianggap lebih mudah digunakan untuk mesin dibanding dua sumber daya sebelumnya.
Penemuan listrik dan motor pembakaran dalam (combustionchamber) memicu kemunculan pesawat telepon, mobil, pesawat terbang, dan lain-lain.
Periode ini juga memicu perkembangan sejumlah program manaheman yang meningkatkan efisiensi dan efektivitas fasilitas manufaktur. Hasilnya, peningkatan produktivitas berkali lipat.
Revolusi Industri 3.0
Kemunculan teknologi digital dan internet menandainya dimulainya revolusi industri 3.0. Sekitar akhir abad ke-20, penemuan dan pembuatan perangkat elektronik memungkinkan otomatisasi mesin secara lebih penuh.
Periode ini melahirkan perangkat lunak untuk memanfaatkan perangkat keras elektronik. Dalam pandangan sosiolog Inggris David Harvey, revolusi industri 3.0 atau juga disebut revolusi digital adalah prose pemampatan ruang dan waktu.
Artinya, waktu dan ruang tidak lagi berjarak. Revolusi ini juga mengubah pola relasi dan komunikasi masyarakat kontemporer.
Praktik bisnis pun berubah mengikuti revolusi ini. Apalagi saat itu tekanan untuk mengurangi biaya cukup kuat.
Akibatnya, produsen mulai memilih mesin ketimbang manusia. Tak hanya itu, produsen juga mulai memindahkan pabrik-pabriknya ke negara berbiaya rendah.
Semuanya bertujuan untuk menekan biaya produksi tapi tetap melakukan reproduksi secara besar-besaran.
Revolusi Industri 4.0
Pada revolusi industri generasi 4.0, manusia telah menemukan pola baru ketika disruptif teknologi (disruptivetechnology) hadir begitu cepat dan mengancam keberadaan perusahaan-perusahaan yang telah berjaya bertahun-tahun.
Sejarah telah mencatat bahwa revolusi industri ini telah banyak menelan korban dengan matinya perusahaan-perusahaan raksasa. Ukuran perusahaan tidak lagi menjadi jaminan.
Kelincahan para pengusaha dituntut dalam hal ini, terutama karena hubungan internet of things (IOT) dan teknik manufaktur memungkinkan sistem untuk berbagi informasi, menganalisisnya, dan menggunakannya sebagai tindakan cerdas.
Perkembangan teknologi baru telah menjadi pendorong utama pergerakan menuju revolusi industri 4.0 ini.
https://sains.kompas.com/read/2019/02/18/121920123/dibahas-saat-debat-capres-ini-sejarah-revolusi-industri-10-ke-40