KOMPAS.com — Pada Senin (11/2/2019) siang kemarin, gempa bumi tektonik mengguncang wilayah Bandung, Garut, dan sekitarnya. Hasil analisis BMKG menunjukkan, gempa tersebut berkekuatan M 4,1.
Merujuk pada lokasi episenter dan kedalaman hiposenter gempa ini, Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menyebut lindu ini merupakan gempa bumi dangkal akibat aktivitas Sesar Garut Selatan (Garsela).
Dalam keterangannya, Daryono menjelaskan mekanisme terjadinya gempa bumi siang kemarin itu.
"Gempa Garut kemarin merupakan gempa yang dipicu oleh aktivitas sesar mendatar mengiri (sinistral strike-slip) dengan jurus sesar (strike) 245 derajat dan kemiringan bidang sesar (dip) 74 derajat," ungkap Daryono melalui pesan singkat.
Untuk diketahui, sesar Garsela yang memicu gempa kemarin memang telah lama aktif. Meski begitu, Daryono menegaskan bahwa kekuatan sesar ini relatif kecil dan dangkal.
"Jika mengamati klaster gempa-garut selatan, Garut tampak polanya berarah barat daya–timur laut. Kemungkinan berasosisasi dengan sesar lokal di daerah Garut Selatan," ujar Daryono.
"Adanya aktivitas kegempaan di sekitar sesar-sesar ini mengindikasikan bahwa sesar-sesar di Garut ini tersebut tergolong aktif," sambungnya.
Daryono juga menjelaskan bahwa zona sesar Garsela terbagi dalam dua segmen, yaitu segmen Rakutai dan dan segmen Kencana.
Sangat terasa karena...
"Hasil monitoring kami di BMKG sejak tahun 2009 zona sesar Garsela memang sering terjadi gempa, tetapi tidak pernah ada yang kekuatan/magnitudonya yang melebihi M 5,0," kata Daryono.
"Rata rata gempa di situ berkekuatan kecil, tetapi sangat dangkal sehingga guncangannya sangat dirasakan oleh masyarakat," tegasnya.
Terkait kedalaman gempa ini, Daryono memperingatkan bahwa gempa dangkal bisa berpotensi merusak.
"Satu hal yang patut diwaspadai meskipun magnitudonya kecil tetapi karena kedalamnnya sangat dangkal maka dapat berpotensi merusak," tuturnya.
Sejarah Garsela
Selain yang terjadi kemarin, Daryono menjelaskan tentang sejarah gempa yang dipicu oleh sesar Garsela. Menurutnya, tahun 2017 pernah terjadi gempa bumi akibat sesar tersebut.
"Kami ada catatan gempa cukup signifikan di zona Sesar Garsela ini yaitu gempa yang terjadi pada hari Selasa tanggal 18 Juli 2017 pukul 12.58.15 WIB," kata Daryono.
"Gempa terjadi dengan magnitudo 3,7 dengan episenter terletak pada koordinat 7,19 LS dan 107,76 BT, tepatnya di darat pada jarak 16 km arah barat laut Kota Garut pada kedalaman 10 km," tambahnya.
Gempa pada 2017 itu juga dipicu oleh aktivitas Sesar Garsela. Guncangannya bahkan dirasakan cukup kuat di daerah Kamojang, Ibun, Kertasari, Majalaya, Pacet, Tarogong, dan Garut hingga mencapai skala intensitas IV MMI.
"Gempa ini sempat membuat kepanikan dan banyak warga berlarian ke luar rumah untuk menyelamatkan diri," kisah Daryono.
"Di Rancaekek, dan Nagreg gempa ini menimbulkan kerusakan ringan. Selain itu beberapa rumah tembok di Kecamatan Ibun dan Kertasari juga mengalami kerusakan. Kerusakan akibat gempa ini juga terjadi pada ruang bekas Control Room Kamojang 4 milik Pertamina Geothermal Energy," tambahnya.
Tak Memicu Sesar Lain
Aktifnya sesar Garsela juga menimbulkan kekhawatiran tentang sesar-sesar di sekitar wilayah tersebut. Meski begitu, Daryono menegaskan bahwa gempa yang terjadi Senin siang itu tidak memicu aktifnya sesar lain.
"Untuk gempa kemarin tampaknya tidak memicu sesar lain, meski sempat terjadi gempa susulan pada pukul 13.25.12 WIB dengan magnitudo 2,3 tetapi tidak dirasakan oleh masyarakat," tutup Daryono.
https://sains.kompas.com/read/2019/02/12/193400423/meski-tak-bermagnitudo-besar-ini-alasan-gempa-bandung-terasa-cukup-kuat