KOMPAS.com - Jika menilik kembali film fiksi ilmiah seperti Jurassic Park, Anda mungkin bertanya mungkinkah menghidupkan dinosaurus lagi?
Gagasan bahwa makhluk-makhluk purba itu kembali hidup mungkin menyenangkan sekaligus menakutkan. Terlebih jika kita melihat ukurannya yang begitu besar.
Dalam kehidupan nyata, banyak ahli yang juga tertarik pada ide ini. Sayangnya, beberapa ahli menegaskan bahwa hal itu sulit diwujudkan.
Salah satu yang berpendapat seperti itu adalah Susie Maidment, ahli paleontologi vertebrta di Museum Sejarah Alam London.
Maidment menegaskan bahwa untuk menghidupkan kembali dinosaurus para ahli harus punya DNA. Sayangnya, DNA ini tidak terdapat di fosil tulang maupun nyamuk yang hidup zaman Jurassic.
"Kami memiliki nyamuk dan lalat yang menggigit sejak zaman dinosaurus, dan mereka benar-benar terawetkan dalam damar," kata Maidment dikutip dari Live Science, Sabtu (26/01/2019).
"Tapi ketika damar mengawetkan benda, ia cenderung hanya melindungi kulit, bukan jaringan lunak. Jadi, Anda tidak mendapatkan darah yang terawetkan dalam nyamuk di damar itu," imbuhnya.
Para peneliti sebenarnya telah menemukan pembuluh darah dan kolagen dalam fosil dinosaurus. Sayangnya, komponen ini tidak memiliki DNA dinosaurus yang sebenarnya.
Berbeda dengan kolagen atau protein lain, DNA sangat rapuh dan sensitif terhadap sinar matahari serta air.
Sebagai informasi, DNA tertua yang diketahui saat ini berusia 1 juta tahun. Padahal, dinosaurus punah sekitar 66 juta tahun lalu.
"Walaupun kami memiliki darah yang tampaknya berasal dari nyamuk 50 juta tahun lalu, kami belum menemukan DNA. Untuk merekonstruksi sesuatu, kami membutuhkan DNA," tegas Maidment.
Evolusi
Namun, pendapatsedikit berbeda diungkapkan oleh Jaman Nasir, ahli genetika di University of Northampton di Inggris.
Menurut Nasir, ada satu hal yang tidak boleh dikesampingkan dalam hidupnya kembali dinosaurus, yaitu evolusi. Nasir mengungkapkan evolusi bukanlah sesuatu yang tetap dan bisa direncanakan.
"Evolusi sebagian besar bersifat stokastik (bersifat acak), dan evolusi tidak selalu harus bergerak maju, ia bisa memiliki banyak arah," kata Nasir.
"Saya berpendapat bahwa kembali ke dinosaurus lebih mungkin terjadi akibat evolusi berbalik, karena blok bangunan sudah ada di sana," sambungnya.
Meski begitu, dinosaurus tidak bisa berjaya kembali begitu saja. Nasir menegaskan bahwa kondisi harus tetapt untuk dinosaurus muncul kembali.
"Jelas, orang dapat membayangkan pandemi virus yang dapat mengganggu genom kita, fisiologi dan perilaku kita di luar kendali," ujar Nasir.
Pandemi inilah yang mungkin pada gilirannya dapat menciptakan kondisi tepat bagi evolusi untuk menghidupkan kembali reptil purba.
Namun, meskipun evolusi tak punya arah khusus, satu hal yang kita tahu adalah belum ada hewan yang sama berevolusi lagi.
"Kita bisa melihat binatang yang terikat erat menempati ceruk ekologi sama, misalnya ichthyosaurus atau reptil laut dengan moncong runcing mirip luba-lumba," kata Maidment.
"Hari ini kita melihat lumba-lumba, dan mereka mungkin menempati ceruk ekologis yang sama. Tapi kita tidak akan menggambarkan lumba-lumba sebagai ichthyosaurus karena keduanya memiliki karakteristik anatomi berbeda," tegasnya.
Bumi Berubah
Selain itu, Maidment mengungkapkan kemustahilan lain untuk menghidupkan kembali dinosaurus adalah bumi yang telah berubah.
"Seekor hewan yang mati secara alami, mungkin 150 juta tahun lalu, tidak akan mengenali apa pun di dunia ini jika Anda menghidupkannya kembali," ucap Maidment.
Dia menegaskan bahwa mungkin yang terbaik adalah membiarkan dinosaurus tetap hanya sekedar fosil saat ini.
https://sains.kompas.com/read/2019/01/28/173500523/mungkinkah-evolusi-bisa-hidupkan-kembali-dinosaurus-