KOMPAS.com - Setelah satu dekade bekerja, arkeolog akhirnya menyelesaikan restorasi makam firaun Tutankhamun. Proyek ini dilakukan oleh Getty Conservation Institute (GCI) di Los Angeles dan Kementerian Purbakala Mesir.
Mereka melakukan sejumlah pekerjaan untuk memperbaiki lukisan dinding yang menghiasi makam berusia 3.000 tahun tersebut dari goresan dan lecet.
Tim juga menambahkan beberapa fitur seperti penghalang baru dan sistem ventilasi yang akan mengurangi kerusakan situs di masa depan.
"Konservasi dan pelestarian penting dan menjadi warisan bagi masa depan," kata Zahi Hawass, ahli Mesir Kuno dalam sebuah pernyataan dikutip dari Live Science, Kamis (23/01/2019).
Selain itu, konservasi dilakukan sebagai upaya pemulihan sekaligus penyelidikan terhadap bintik coklat misterius di dinding makam, yang dikhawatirkan akan tumbuh seperti jamur.
Konservator mengkonfirmasi bahwa bintik-bintik itu rupanya adalah mikroba. Tapi sudah lama mati dan belum benar-benar menyebar sejak Carter membuka makam pada tahun 1922.
Sayangnya, mikroba tersebut telah masuk ke lapisan cat lukisan di dinding sehingga tidak bisa dihilangkan. Tim ini pun memilih membiarkannya karena menghilangkannya akan menyebabkan lebih banyak kerusakan.
Tutankhamun sendiri lahir pada masa Kerajaan Baru Mesir, sekitar 1342 SM. Kadang-kadang dia dipanggil dengan julukan raja anak karena mulai memerintah pada usia 9 tahun.
Tutankhamun kemudian meninggal tiba-tiba pada usia belasan. Ahli bilang kemungkinan dia mangkat karena sakit, namun teori lain mengungkapkan jika raja muda tersebut meninggal dalam kecelakaan kereta.
Kemahsyuran makam Tut di dunia di mulai pada tahun 1922, ketika ahli Mesir asal Inggris, Howard Carter menemukan situs ini.
Dia menemukan makam dalam kondisi asli, padahal makam raja lain di Lembah para Raja telah dijarah. Rupanya makam Tutankhamun selamat berkat lumpur dan bebatuan yang menghalangi pintu masuk.
Tim Carter kemudian menghabiskan 10 tahun untuk menyelidiki serta mengeluarkan berbagai artefak yang membuat sesak dari makam. Setelah dibuka untuk umum, situs ini menjadi objek wisata utama.
Tetapi sayang, pengunjung membawa debu serta perubahan kelembaban dan karbon dioksida yang mengancam lingkungan di dalam makam. Hal ini membuktikan bahwa restorasi sangat dibutuhkan.
Kini, makam Tutankhamun masih berisi beberapa artefak asli, termasuk mumi sang raja. Peninggalan inilah yang membuat makam tersebut memang harus dilindungi.
https://sains.kompas.com/read/2019/01/25/193400823/satu-dekade-berlalu-restorasi-makam-raja-tutankhamun-selesai