Berusia sekitar 100 juta tahun, fosil ini tergolong langka karena masih tersimpan jejak lendir padanya.
Hagfish hidup tanpa mata dan rahang. Ia gemar menjilati bangkai hewan dengan lidahnya yang runcing. Selain itu, hagfish juga dikenal mampu mengeluarkan lendir sangat lengket untuk melindungi diri.
Mungkin karena saking lengketnya, jejak lendir itu bisa tertinggal di fosil yang ditemukan di Lebanon.
Penemuan ini juga mendorong para ahli untuk mendefinisikan hubungan hagfish dengan ikan purba dan semua hewan bertulang belakang.
Dalam laporan ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of National Academy of Science (PNAS), Senin (21/1/2019), ahli menyebut bahwa fosil hagfish yang mereka temukan cukup lengkap, karena masih menyimpan lendir dan banyak jaringan lunak.
Mereka memperkirakan hagfish itu pernah hidup di periode Cretaceous akhir atau sekitar 145,5 juta hingga 65 juta tahun yang lalu dengan panjang tubuh sekitar 13 sentimeter.
Oleh para ahli, hagfish itu dijuluki Tethymyxine tapirostrum. Tethymyxine berasal dari kata Tethys yang merujuk ke laut Tethys dan myxnios dari bahasa Yunani yang artinya ikan berlendir.
Sementara itu tapirostrum diterjemahkan sebagai moncong tapir untuk menggambarkan moncong ikan yang memanjang.
Hagfish, si sosis perenang
Hagfish telah ada sejak 500 juta tahun lalu hingga sekarang, meski belum pernah ditemukan fosil (hagfish) setua itu.
Menurut Tetsuto Miyashita, seorang rekan postdoctoral dari Departemen Biologi Organisme dan Anatomi di Universitas Chicago, hal itu karena hagfish punya tubuh panjang yang meliuk sehingga tidak memiliki kerangka yang keras.
"Ini (Hagfish) lebih nampak seperti sosis renang yang diselimuti kulit dengan banyak otot di dalamnya. Mereka tidak memiliki tulang atau gigi keras, sehingga sulit untuk menemukan mereka dalam bentuk fosil," kata Miyashita kepada Live Science, dilansir Senin (21/1/2019).
Dalam kondisi terancam, hagfish modern bakal mengeluarkan lendir dari kelenjar khusus yang didistribusikan di sepanjang tubuh mereka.
Menurut studi lain yang terbit di jurnal Royal Society Interface, Rabu (16/1/2019), ketika serat keratin (zat yang membentuk kuku dan rambut kita) di dalam lendir bercampur dengan air, lendir itu dapat melebar hingga 10.000 kali ukuran asli hanya dalam persepuluh detik.
Lendir hagfish dapat mengalangi pemangsa dan menyumpal insang mereka. Tak hanya di air, lendir ini juga efektif di darat, seperti yang pernah ditemukan sejumlah pengendara di jalan raya Oregon pada 2017 setelah sebuah truk dengan muatan 3.400 kilogram hagfish tergelincir dan menumpahkan isinya ke jalanan.
Kini, berkat temuan fosil itu, ahli mengetahui bahwa lendir hagfish sudah digunakan sebagai senjata pertahanan sejak 100 juta tahun lalu.
"Mungkin untuk berlindung dari karnivora laut Cretaceous seperti ichtyosaurus, plesiosaurus, dan hiu purba," ujar Miyashita.
Pemindaian lendir
Tertulis di jurnal PNAS, mereka sudah meneliti lendir di fosil hagfish dengan menggunakan pemindaian synchroton, sejenis teknologi pencitraan yang dapat mengamati suatu objek dengan tenaga tingkat tinggi dan terpolarisasi.
Mereka mendeteksi jejak kimiawi serat keratin pada lendir terkonsentrasi di lebih dari 100 tempat.
Kehadiran jejak lendir dalam fosil menunjukkan bahwa hagfish purba sudah memiliki kandungan lendir super lengket.
Temuan langka ini juga memberi gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan ikan aneh penghasil lendir yang telah lama menjadi perbebatan ilmiah selama beberapa abad.
"Hagfish dicap sebagai ikan aneh di pohon keluarga ikan, satu-satunya penghuni ranting kesepian," kata Miyashita.
Selain itu yang perlu digaris bawahi adalah hagfish 100 juta tahun yang lalu sangat mirip dengan hagfish moden.
Dibanding menggolongkan hagfish menjadi sepupu ikan yang lebih primitif, ahli menyarankan untuk mengelompokkannya bersama dengan ikan lamprey yang juga memiliki tubuh panjang dan tidak bersisik seperti belut.
https://sains.kompas.com/read/2019/01/23/170100823/ahli-temukan-fosil-langka-ikan-pemakan-bangkai-beserta-lendirnya