Benarkah mitos tersebut?
Terlepas dari benar tidaknya mitos yang mengatakan kalau tanaman diajak berbincang akan tumbuh subur, ahli membuktikan bahwa tanaman memang dapat mendengar sekitarnya.
Ahli menemukan, tanaman berbunga dapat mendengar dengungan lebah yang lewat sehingga ia akan memproduksi nektar yang lebih manis. Nektar itu diyakini sebagai respons yang bisa memikat lebah untuk mengisap madu di nektar dan membantu penyerbukan.
Mereka meyakini, bunga secara teknis adalah telinga tanaman.
Setelah mengamati bunga Oenothera atau primrose malam (Oenothera drummondii), gelombang suara sayap lebah lebih terasa lewat kelopak bunga. Saat itu, entah bagaimana konsentrasi gula dalam madu di nektar bunga meningkat sekitar 20 persen.
Melansir Science Alert, Sabtu (19/1/2019), bunga juga disebut mampu menghilangkan suara mengganggu, misalnya suara angin.
Lewat temuan ini, para ahli percaya peluang menyebarkan serbuk sari bisa lebih maksimal.
"Hasil penelitian kami mendokumentasikan untuk pertama kalinya bahwa tanaman dapat dengan cepat merespons suara hewan penyerbuk dengan cara yang relevan secara ekologis," tulis para ahli dari Universitas Tel-Aviv di Israel.
Seperti laporan yang terbit di jurnal bioRxiv, para ahli telah meyakini bahwa tanaman memiliki kemampuan menangkap getaran gelombang suara.
Gagasan ini mungkin juga yang bisa menjelaskan kenapa banyak bunga bentuknya mirip mangkuk, mungkin agar bisa menangkap suara dengan lebih baik.
Mereka menguji lebih dari 650 bunga primrose malam. Pengukuran terhadap produksi nektar diukur saat tidak ada suara, suara pada tiga tingkat frekuensi berbeda (rendah, mendengah, dan tinggi), dan gelombang suara dengung lebah.
Hasilnya, ketika muncul gelombang suara dari dengung lebah, produksi nektar berubah dengan cepat hanya dalam tiga menit.
Sementara saat sunyi dan ada frekuensi pada tingkat berbeda, tidak ada perubahan produksi nektar yang teradi.
Kemudian, para pakar mencoba menghilangkan kelopak bunga di tanaman untuk melihat apakah akan terjadi perubahan produksi nektar.
Hasil mencatat, tidak ada produksi nektar. Ini menunjukkan bahwa bunga berfungsi sebagai "telinga" tanaman.
Tes tersebut tak hanya dilakukan di laboratorium, tapi juga di lapangan.
"Tumbuhan banyak berinteraksi dengan hewan yang membuat suara," kata salah satu tim, Lilach Hadany.
"Setelah membuat prediksi yang jelas untuk mengujinya, kami cukup terkejut bahwa memang ada "komunikasi" tak biasa antara tanaman dan hewan," ujarnya.
Dengan memproduksi nektar yang lebih manis akan mendorong lebah atau serangga penyerbuk lain mengisap madu lebih lama. Hal ini kemudian akan meningkatkan jumlah serbuk sari yang diambil, dan mungkin akan membuat serangga untuk kembali ke tanaman dengan spesies yang sama di masa depan.
Hingga saat ini ahli belum mengetahui bagaimana getaran suara lebah diterjemahkan dapat memicu produksi nektar yang lebih manis. Namun, ini bisa menjadi langkah awal yang menarik dalam studi tentang tanaman bereaksi dengan suara di sekitarnya.
Studi sebelumnya menemukan bahwa tanaman dapat merespons sentuhan juga cahaya matahari, dan kini kita mengetahui tanaman juga bisa mendengar.
Di studi masa depan, ahli berharap akan ada penelitian yang meninjau bagaimana tanaman merespons suara manusia dan binatang lain.
"Beberapa orang mungkin berpikir bagaimana tanaman bisa mendengar dan mencium bau. Saya ingin menanamkan, mendengar bukan hanya bisa dilakukan telinga," kata salah satu penulis studi Marine Veits kepada National Geographic.
https://sains.kompas.com/read/2019/01/20/131831723/tak-diragukan-lagi-tanaman-memang-dapat-mendengar-ini-buktinya