Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Misteri Tubuh Manusia, Kenapa Sih Kaki dan Tangan Bisa Kesemutan?

Kita umum menyebutnya dengan “kesemutan”, karena sensasi yang dirasakan mirip digerayangi ratusan semut di bawah kulit.

Memang tidak sampai terasa sakit minta ampun, tapi rasanya lumayan tidak nyaman juga dan terkadang bikin susah bergerak.

Anehnya, hanya dengan menggoyang-goyangkan kaki sebentar saja atau meluruskan kaki dan tangan yang kesemutan, sensasi itu perlahan menghilang.

Apa itu kesemutan?

Melansir Hello Sehat, kesemutan adalah kondisi yang Anda alami saat saraf di tangan atau kaki menerima tumpuan tekanan berat dalam waktu cukup lama. Dalam dunia medis, kesemutan disebut dengan paresthesia.

Rasa menggelitik yang tidak nyaman ini biasanya terjadi di bagian-bagian tubuh yang rutin digunakan dalam kegiatan sehari-hari, misalnya kaki, lengan, atau tangan. Berlutut, duduk bersila, atau tidur bersedekap terlalu lama bisa menyebabkan sesasi menggerayang ini.

Apa penyebabnya?

Penyebab yang paling utama adalah saraf yang terjepit. Tubuh manusia memiliki miliaran saraf yang berfungsi sebagai jalur komunikasi dari otak dan tulang belakang ke seluruh tubuh. Saat tangan atau kaki menerima begitu banyak tekanan dalam waktu lama, saraf-saraf yang menjalar di dalamnya akan terjepit.

Saraf yang terjepit akan menyebabkan otak Anda kekurangan informasi mengenai sensasi indra peraba yang diharapkan datang dari kumpulan saraf tersebut. Tekanan tersebut juga akan menghimpit pembuluh darah yang menyokong kerja kumpulan saraf tersebut.

Akibatnya, saraf-saraf itu juga jadi tidak bisa menerima darah dan oksigen yang mereka butuhkan dari jantung. Ini menyebabkan pesan sensorik saraf jadi terblokir sehingga anggota tubuh yang bermasalah ini akan "mati rasa".

Selain saraf yang terjepit, misalnya karena Carpal Tunnel Syndrome (CTS), ada banyak kondisi lain yang bisa menyebabkan Anda mengalami kesemutan.

Sebagai contoh, gigitan serangga atau hewan, racun alergen dalam makanan laut, sakit kepala migrain, atau terapi radiasi. Konsumsi alkohol berlebihan hingga kekurangan gizi seperti vitamin B-12, kalium, kalsium, dan natrium dalam tubuh juga bisa menyebabkannya.

Kadang, cedera tertentu bisa menghasilkan sensasi kebas atau menggelitik seperti tertusuk, misalnya cedera saraf leher atau hernia tulang belakang (herniated disk/nucleus pulposus atau slipped disk).

Demikian juga dengan peradangan atau pembengkakan sumsum tulang belakang atau pada otak. Keduanya bisa memberikan tekanan pada satu saraf atau lebih.

Tiga tahapan kesemutan

Kesemutan sebenarnya terjadi dalam tiga tahap. Satu sampai empat menit setelah tangan atau kaki menerima tekanan berat adalah tahap pertama yang disebut “kompresi menggelitik”. Sensasi yang muncul pada tahap ini digambarkan seperti luapan busa minuman soda yang terasa samar, atau seperti dengungan.

Tahap kedua biasanya dimulai sepuluh menit setelahnya, disebut dengan "mati rasa". Sensasi kebas ini akan berlangsung selama tekanan pada saraf dan pembuluh darah kaki masih berlangsung.

Akhirnya, setelah tekanan diangkat, tahap ketiga mulai mengambil alih proses ini: kesemutan. Kita semua sudah sangat akrab dengan sensasinya yang terasa seperti tusukan yang menggelitik dan geli mengganggu.

Sensasi kesemutan ini disebabkan oleh proses saraf perifer yang kembali bekerja untuk mengirimkan pesan rasa sakit ke otak. Kumpulan saraf lain, seperti saraf yang berfungsi mengatur suhu tubuh, akan membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih.

Kesemutan biasanya akan terasa lebih menyakitkan daripada kedua tahap yang mengikutinya, tetapi kemudian akan perlahan mereda. Kita biasanya tidak dapat mengetahui persis kapan sensasi tersebut akan kembali normal.

Bagaimana cara mengatasinya?

Sensasi kesemutan dapat diatasi dengan mengangkat tekanan dari bagian tubuh yang terpengaruh, misalnya dengan berdiri dan berjalan sebentar setelah duduk bersila terlalu lama, atau menggoyang-goyangkan tangan.

Hal ini akan memungkinkan suplai darah kembali normal, sehingga menghilangkan sensasi mati rasa dan menggelitik yang menyulitkan Anda. Setelahnya, kaki dan tangan akan berfungsi normal seperti sedia kala.

Kesemutan yang perlu diwaspadai

Kesemutan umumnya bersifat sementara. Namun pada banyak kasus, kesemutan bisa menjadi kondisi medis yang berat, kambuhan, atau kronis. Kesemutan kronis biasanya akan diikuti oleh gejala lainnya, misalnya nyeri, gatal, dan penyusutan/kelemahan otot.

Dalam kasus tersebut, kesemutan bisa menjadi tanda dari kerusakan saraf sebagai hasil dari beragam kondisi medis yang mendasarinya, misalnya kejang, cedera traumatik atau berulang, infeksi bakteri atau virus, pengerasan arteri, dan penyakit sistemik seperti stroke, diabetes, penyakit hati, ginjal, gangguan tiroid, hingga kanker.

Kerusakan saraf seperti ini disebut dengan neuropati perifer. Ada lebih dari 100 jenis berbeda dari neuropati perifer, dan seiring waktu kondisi ini dapat semakin parah dan menyebabkan penurunan mobilitas tubuh hingga disabilitas.

Kesemutan juga bisa sebagai pertanda awal dari beberapa penyakit autoimun dan turunan, seperti Guillain-Barre syndrome, lupus, arthritis rematoid, Raynauds syndrome, dan Charcot-Marie-Tooth syndrome.

Kapan harus ke dokter?

Gejala lain yang harus Anda perhatikan mencakup perasaan bingung dan linglung, sulit fokus, bicara cadel, gangguan penglihatan, perasaan lemah atau sakit parah, dan kehilangan kendali atas saluran pencernaan atau kandung kemih Anda.

Segera cari bantuan medis terdekat jika Anda mengalami kondisi-kondisi di atas setelah Anda mengalami kesemutan yang terasa tidak biasa, atau mengalami cedera punggung, leher, atau kepala yang membuat Anda tidak dapat berjalan atau bergerak.

Kehilangan kesadaran setelah mengalami kesemutan juga merupakan tanda peringatan bahwa Anda harus segera mencari pertolongan medis.

https://sains.kompas.com/read/2019/01/18/193200023/misteri-tubuh-manusia-kenapa-sih-kaki-dan-tangan-bisa-kesemutan-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke