KOMPAS.com - Sebuah penelitian baru membawa kabar buruk bagi para pecinta kopi. Pasalnya, menurut studi itu, tiga dari lima spesies kopi liar kini berisiko terancam punah.
Ancaman ini makin nyata karena kombinasi dari perubahan iklim, penyakit, dan penggundulan hutan.
Kopi adalah minuman terfavorit di dunia. Lebih dari dua miliar cangkir kopi dikonsumsi tiap hari.
Meski begitu, industri besar ini bergantung pada varietas liar yang hanya tumbuh di beberapa daerah saja.
Para ilmuwan di Kew Royal Botanic Gardens di Inggris kemudian mencoba melacak tentang varietas-varietas kopi tersebut.
Mereka menggunakan teknik pemodelan komputer terbaru dan penelitian di lapangan untuk memprediksi bagaimana 124 varietas kopi yang terdaftar sebagai terancam punah.
Hasilnya, sekitar 75 spesies kopi dinilai terancam punah dengan rincian 13 dikategorikan sangat terancam punah, 40 terancam punah, termasuk kopi arabika, dan 22 rentan.
"Secara keseluruhan, fakta bahwa risiko kepunahan di semua spesies kopi begitu tinggi (hampir 60 persen) itu jauh di atas angka risiko kepunahan normal untuk tanaman," kata Aaron Davis, kepala penelitian kopi di Kew dikutip dari AFP, Kamis (17/01/2019).
"Itu di atas sana dengan kelompok tanaman yang paling terancam punah. Dengan cara lain, itu tidak mengejutkan karena banyak spesies yang sulit ditemukan, tumbuh di daerah terbatas... beberapa populasi hanya seukuran lapangan sepakbola," imbuhnya.
Untuk diketahui, produksi kopi global saat ini hanya bergantung pada dua spesies: arabika dan robusta.
Arabika, dihargai karena keasaman dan rasanya. Spesies ini menyumbang sekitar 60 persen dari semua kopi yang dijual di seluruh dunia.
Di alam liar, populasi arabika terdapat di dua negara: Ethiopia dan Sudan Selatan.
Tim di Kew juga mengakses data iklim yang tercatat di Ethiopia kembali lebih dari 40 tahun. Data ini digunakan untuk mengukur seberapa cepat habitat alami kopi terkikis oleh deforestasi dan kenaikan suhu.
Tim menemukan, hampir sepertiga dari semua spesies Arabika liar tumbuh di luar kawasan konservasi.
"Anda juga mendapatkan fakta bahwa banyak dari kawasan lindung itu masih terancam oleh penggundulan hutan dan perambahan, jadi itu tidak berarti mereka aman," kata Davis, penulis utama penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances.
Harga yang Adil
Selain konsumen, para penulis menyatakan bahwa para petani juga terancam karena "kepunahan" kopi. Banyak dari petani terpaksa untuk pindah karena perubahan iklim merusak tanaman mereka.
"Ethiopia adalah rumah bagi kopi Arabika," kata Tadesse Woldermariam Gole, peneliti senior untuk lingkungan, perubahan iklim, dan kopi di Forum Hutan.
"Mengingat pentingnya kopi Arabika untuk Ethiopia, dan dunia, kita perlu melakukan yang terbaik untuk memahami risiko yang dihadapi kelangsungan hidupnya," sambungnya.
Davis mengatakan pedagang besar diperlukan untuk memastikan produsen dibayar dengan harga wajar. Ini bertujuan agar mengamankan produksi di masa depan dan berinvestasi dalam praktik pertumbuhan lebih baik serta melestarikan stok yang bervariasi.
Selain itu, pemerintah harus melestarikan dan meregenerasi hutan untuk membantu kopi liar dan pertanian tumbuh lebih mudah, kata tim peneliti.
Meski banyak spesies terancam punah, Davis ingin menunjukkan bahwa tidak ada kekurangan kopi saat ini di dunia.
"Sebagai peminum kopi, kamu tidak perlu khawatir dalam jangka pendek," kata Davis.
"Apa yang kita katakan adalah bahwa dalam jangka panjang jika kita tidak bertindak sekarang untuk melestarikan sumber daya utama kita tidak memiliki masa depan yang sangat cerah untuk pertanian kopi," tambahnya.
https://sains.kompas.com/read/2019/01/17/170000423/kabar-buruk-60-persen-varietas-kopi-terancam-punah