White dwarf atau katai putih merupakan istilah yang digunakan para ahli untuk menggambarkan akhir hidup para bintang setelah terbakar habis. Sekitar 97 persen bintang, tak terkecuali Matahari, akan berakhir menjadi katai putih yang sangat padat.
Para ahli memperkirakan, saat katai putih mendingin, mereka akan mengkristal seperti halnya air yang membeku menjadi es.
Studi baru yang dilakukan ahli dari Inggris, AS, dan Kanada memaparkan berbagai bukti untuk menjelaskan bahwa nasib Matahari akan berakhir demikian. Mereka membuktikannya dengan mengamati katai putih dekat Matahari.
Para ahli menyebut katai putih terdiri dari plasma atom dan elektron padat yang dapat memberi tekanan sehingga bintang tidak jatuh.
Meski merupakan plasma, para ahli telah lama meramalkan, atom tersebut pada akhirnya akan mengkristal yang diawali dari pusat bintang.
Pengamatan dari pemodelan yang dibuat tim ahli menunjukkan bahwa saat katai putih mengkristal, mereka akan melepaskan panas untuk memasuki fase energi yang lebih rendah, sama seperti energi panas yang ditinggalkan es untuk membeku.
Hal ini akan memperlambat pendinginan bintang, suatu efek yang dapat diamati para ahli secara langsung.
Melansir Gizmodo, Jumat (11/1/2019), tim menganalisis 15.109 kandidat katai putih dalam 326 tahun cahaya Matahari yang diambil dari data satelit Gaia.
Dalam prosesnya, ahli menemukan tumpukan bintang di lokasi tertentu di sepanjang sebidang warna.
"Bagi kami, ini merupakan bukti transisi dari fase plasma menjadi kristal," tulis para ahli dalam laporannya.
Meski begitu, semua ini tergantung pada pemodelan yang digunakan oleh tim peneliti. Sebab itu, kita masih membutuhkan penjelasan lain yang dapat menjelaskan data dengan lebih baik.
Namun, studi ini menyiratkan bahwa banyak katai putih yang usianya jauh lebih tua dibanding yang diperkirakan para ahli sebelumnya, sebab kristalisasi memperlambat proses penuaan.
https://sains.kompas.com/read/2019/01/14/183200423/ahli-paparkan-bukti-matahari-bisa-jadi-bola-kristal-di-akhir-hidupnya