Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Serpihan Batu Permata Langka Ditemukan pada Fosil Gigi Kuno

KOMPAS.com - Belum lama ini tim arkeolog Jerman menemukan sesuatu yang sangat langka dan jarang terjadi, yaitu adanya serpihan halus dari pigmen lapis lazuli dalam fosil gigi seorang wanita abad pertengahan.

Lapis lazuli merupakan batu permata langka yang sangat berharga sejak zaman dulu karena memiliki warna biru yang sangat cantik.

Menariknya lagi, temuan ini melahirkan beberapa asumsi tentang sejarah produksi buku.

Apa hubungannya kedua hal tersebut?

Sebelum membahas lebih lanjut tentang temuan lapisan batu permata di fosil gigi seorang wanita dari Abad Pertengahan, mari kita menilik kehidupan di masa itu.

Melansir Science Alert, Kamis (10/1/2019), para sejarawan awal berasumsi bahwa buku-buku yang diproduksi pada Abad Pertengahan hanya ditulis dan diilustrasikan oleh ahli Taurat dan seniman laki-laki.

Hal ini lantaran nama atau jejak perempuan sangat langka dalam pembuatan teks di masa itu.

Namun belakangan asumsi tersebut dikaji ulang oleh para ahli. Satu persatu bukti yang mengungkap peran wanita Abad Pertengahan dalam pembuatan naskah kuno muncul.

Ini menandakan perempuan pada masa lalu tidak hanya melek huruf, tetapi ikut aktif dan terjun langsung di dalamnya.

Fakta ini semakin diperkuat dengan temuan ilmuwan dari Max Planck Institute dan University of York, yakni adanya tinta berwarna biru laut yang bersembunyi di dalam plak gigi seorang wanita paruh baya yang dikubur di sebuah biara wanita di Jerman sekitar tahun 1000-1200 M.

Setelah menganalisis lebih lanjut, ahli menduga wanita itu mungkin adalah seorang pelukis berpengalaman dari teks-teks agama yang iluminasi.

"Berdasarkan distribusi pigmen di mulutnya, kami menyimpulkan bahwa kemungkinan yang paling mendekati adalah saat ia melukis, ia juga sesekali menjilat ujung kuasnya," jelas salah satu penulis, Monica Tromp, seorang ahli mikrobioarchaelogist dari Institut Ma Planck.

Dalam studi yang dipublikasikan di Science Advances, para penulis menyatakan bahwa temuan ini adalah bukti paling awal yang menunjukkan wanita beragama di Jerman menggunakan pigmen biru laut untuk menghasilkan karya.

Ditambang dari satu daerah di Afganistan dan diperdagangkan lebih dari ribuan kilometer ke seluruh Eropa dan Asia, batu permata ini sangat mahal.

Sebab itu, tinta dari bahan ini sangat eksklusif dan hanya ditemukan dalam naskah mewah, yang ditulis oleh penulis atau pelukis paling berbakat. Salah satunya pelukis wanita yang menjilat kuasnya itu.

"Kita mempunyai bukti tentang seorang wanita yang tidak hanya melukis tapi ia melukis dengan pigmen sangat langka dan mahal, di tempat yang sangat terpencil," kata penulis senior Christina Warinner, ahli evolusi mikrobioma kuno dari Institut Max Planck.

Berkat temuan ini dan banyak bukti lainnya, para ahli menyimpulkan bahwa wanita religius di Jerman dan Austria berperan aktif dalam produksi buku di masa lalu.

Bahkan beberapa sejarawan sekarang berpikir bahwa banyak wanita di awal abad ke-8 yang menjadi ahli Taurat dan ilustrator.

Sebuah komunitas biarawati di Salzburg misalnya menyalin lebih dari 200 buku dari koleksi abad ke-12. Sementara seorang penulis wanita yang tinggal di Bavaria pada abad ke-12 diyakini telah melahirkan lebih dari 40 buku.

"Namun karena sedikit jejak yang ditinggalkan para penulis wanita, mereka (juru tulis wanita) tetap tidak terlihat jelas dalam catatan sejarah dan kemungkinan sebagian besar tulisan mereka tidak dikenali," tulis para ahli.

Semoga para penulis wanita tidak terabaikan selamanya. Jika lebih banyak pigmen biru laut ditemukan dalam penemuan arkeologi lainnya, para sejarawan mungkin akan memiliki metode untuk mengidentifikasi seniman dan penulis yang aktif memproduksi buku di Abad Pertengahan.

https://sains.kompas.com/read/2019/01/10/123200623/serpihan-batu-permata-langka-ditemukan-pada-fosil-gigi-kuno

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke