Salah satu makhluk yang muncul dalam cerita dari masa lalu adalah duyung. Mitologi duyung cukup bervariasi, dengan penggambaran yang berbeda, juga asal-usul dan kepribadian yang berbeda-beda.
Sosok ini dicatat sebagai manusia setengah ikan, terkadang membawa sisir dan bernyanyi untuk menarik perhatian para pelaut. Ini menyebabkan perhatian para pelaut teralihkan hingga kapal yang dibawanya pun karam.
Salah satu penggambaran duyung terdapat dalam milotogi Oddysey yang berasal dari Yunani Kuno. Dilansir dari ocean.si.edu, terdapat karakter Siren, pelaut digambarkan memiliki tubuh berbentuk burung dan terbang sembil merayu para pelaut.
Seiring berjalannya waktu, sosok Siren ini akhirnya digambarkan sebagai putri duyung yang memiliki ekor ikan.
Meskipun Siren memiliki kepribadian yang kejam, dalam beberapa versi juga diceritakan juga melakukan hal baik. Misalnya, Siren membantu para pelaut menemukan jalan saat tersesat.
Hari ini 526 tahun yang lalu, tepatnya pada 9 Januari 1493, Chistopher Columbus melihat makhluk aneh dalam perjalanan di dekat Republik Dominika. Makhluk itu digambarkan seperti halnya duyung.
Hewan laut yang ditemukan Columbus saat ini dikenal sebagai manatee. Mamalia ini berada dalam ordo Sirenia, nama yang diambil dari sosok Siren.
Namun, pencarian itu tak membuahkan hasil dan membuatnya menyerah dan tinggal di Pulau Anthemoissa. Di sekitar pulau itulah Siren selalu menggangu para pelaut yang lewat.
Ketika Odyssey melewati daerah tersebut, pahlawan dalam Perang Troya itu menyuruh para krunya untuk menyumbat telinga agar tak mendengar nyanyian Siren. Suara nyanyian dari Siren memang bisa membunuh dan menjerumuskan para awak kapal.
Dalam kisah yang ditulis Homer, Odyssey buku XII, terdapat dua siren di sebuah pulau di laut barat antara Aeaea dan bebatuan Scylla. Jumlahnya biasanya bertambah menjadi tiga, dan mereka berlokasi di pantai barat Italia, dekat Napoli.
Versi ini juga mengatakan bahwa Siren merupakan putri dewa laut Phorcys atau dewa sungai Achelous oleh salah satu Muses.
Kisah tak nyata
Siren tentu hanyalah karakter dalam cerita yang beredar pada masa lalu. Namun, cerita mengenai duyung menjadi ramai dibicarakan saat Christopher Columbus mencatat pernah bertemu "putri duyung".
Dia menulis bahwa duyung itu berada di sekitar Dominika, tetapi dengan wujud yang berbeda dari penggambaran umumnya, yang dikenal cantik.
Meski begitu, ada dugaan bahwa yang ditemui Columbus adalah lembu laut atau manatee (lembu laut). Hewan ini memang bergerak lamban dan berperut besar.
Catatan tentang bertemunya Columbus dengan duyung (manatee) merupakan pertama di Amerika Utara.
Dalam ordo ini, selain manatee juga ada makhluk laut yang di Indonesia juga dikenal sebagai duyung, yaitu dugong.
Bentuknya hampir mirip dengan manatee, namun terdapat sedikit perbedaan antara keduanya.
Manatee memiliki badan lebih besar dari dugong. Manatee dapat mencapai berat 5 ton dengan panjang 3-4 meter. Sementara dugong hanya separuhnya saja, dan panjangnya 2,7 meter.
Sementara itu, bentuk mulut manatee lebih bulat daripada dugong dan mulut dugong berntuknya lebih panjang ke arah bawah.
Untuk bentuk sirip, manatee memiliki bentuk sirip yang berbentuk setengah lingkaran sedangkan dugong lebih berbentuk terbelah di tengah-tengah.
https://sains.kompas.com/read/2019/01/09/170840923/mitologi-dan-fakta-soal-duyung-dari-siren-columbus-hingga-manatee