KOMPAS.com - Alergi merupakan sebuah gangguan tubuh yang tidak menular. Tapi, sebuah fenomena aneh dialami oleh seorang perempuan 68 tahun di Amerika Serikat.
Menurut laporan dalam jurnal Transplantation Proceeding, perempuan yang tak disebutkan namanya itu tidak pernah memiliki reaksi alergi kacang. Namun, setelah mendapatkan transplantasi paru-paru, dia mengembangkan alergi ini.
Ketika diselidiki, ternyata donor yang memberikan paru-paru pada perempuan itu memiliki alergi kacang.
Dr Mazen Odish, penulis laporan itu, mengatakan bahwa kejadian semacam ini jarang terjadi pada penerima transplantasi paru-paru.
Menurut Odish yang juga merawat perempuan tersebut, hanya ada sekitar empat atau lima laporan kasus di mana penerima organ "tertular" alergi kacang setelah mendapatkan transplantasi paru-paru.
Mencari "Pelaku"
Sebagai informasi, perempuan ini membutuhkan transplantasi paru-paru karena dia mengalami emfisema. Emfisema sendiri adalah kondisi di mana kantong udara di paru-parunya rusak hingga sulit bernapas.
Wanita ini kemudian mendapatkan organ donor dari pria berusia 22 tahun.
Pemulihan perempuan itu mulanya berjalan baik. Hingga pada sehari sebelum dijadwalkan pulang dari rumah sakit, mendadak dia merasa sesak napas dan sulit bernapas.
Awalnya, dokter tidak menyakini mengapa dia mengalami gejala gagal pernapasan ini. Berbagai tes tidak dapat menjelaskan gejala yang dialami perempuan itu.
Ketika perempuan itu menyebut, gejalanya mulai terjadi saat dia memakan roti isi selai kacang, dokter mencurigai adanya alergi makanan.
Meski begitu, dokter tak begitu saja percaya. Apalagi perempuan itu tidak pernah mengalami masalah ketika makan kacang sebelumnya.
Dokter kemudian menghubungi agen transplantasi dan mendapat konfirmasi bahwa pria pendonor itu memiliki alergi kacang.
"Jadi, bersama dengan paru-paru, perempuan itu juga tampaknya menerima alergi kacang dari donor," ungkap Odish dikutip dari Live Science, Senin (31/12/2018).
Bukan Pertama Kali
Meski alergi makanan jarang ditransfer dari donor organ ke penerima transplantasi, tapi ada beberapa laporan kasus terkait hal ini.
Para penulis menjelaskan beberapa kasus transplantasi yang juga menularkan alergi di antaranya trasplantasi hati, ginjal, paru-paru, sumsum tulang, transplantasi jantung dan ginjal.
Studi menunjukkan, misalnya, bahwa anak-anak dan orang yang menerima transplantasi hati mungkin lebih mungkin mengembangkan alergi makanan dari donor organ yang memilikinya.
Penelitian lain menunjukkan bahwa alergi makanan yang didapat dari transplantasi terjadi lebih sering ketika penerima organ diresepkan tacrolimus. Tacrolimus adalah obat imunosupresif yang digunakan untuk mengurangi risiko penolakan organ setelah transplantasi.
Perempuan dalam kasus ini menggunakan tacrolimus.
Tes kulit kemudian mengkonfirmasi bahwa wanita itu alergi terhadap kacang. Tes itu juga menunjukkan kini dia alergi almond, kacang mete, kelapa dan hazelnut.
Dokter menyarankan dia untuk menghindari kacang-kacangan. Dia diberi EpiPen jika terjadi reaksi alergi parah terhadap makanan ini.
"Tidak jelas apakah alergi makanan yang didapat dari transplantasi tetap menjadi masalah seumur hidup bagi pasien," kata Odish.
"Karena mungkin alergi berkurang pada beberapa orang," imbuhnya.
Odish menambahkan, dokter alergi kemungkinan akan terus menguji wanita itu untuk alergi kacang-kacangan untuk melihat apakah toleransi wanita tersebut terhadap makanan ini berubah dari waktu ke waktu.
https://sains.kompas.com/read/2019/01/02/173500323/usai-transplantasi-paru-perempuan-as-tertular-alergi-kacang