Menurut dr.Fajar Firsyada, Sp.B-KBD, setiap orang tidak sama dan unik, begitu pun dengan jenis kanker.
"Karena itu pengobatannya juga idealnya personal, custom, dan disesuaikan dengan kebutuhan penyakitnya," kata dokter spesialis bedah dan ahli kanker saluran cerna dari RS Kanker Dharmais ini di Jakarta, Kamis (20/12).
Kanker kolorektal adalah kanker yang tumbuh pada usus besar (kolon) dan rektum. Di Indonesia, kanker ini berada di urutan ketiga jenis kanker yang paling banyak diderita, setelah kanker payudara dan kanker paru.
Selain terapi standar seperti kemoterapi, pembedahan, dan radioterapi, saat ini terapi target menjadi terapi kanker yang lebih tepat sasaran dan pengobatan personalisasi bagi pasien.
"Dalam beberapa kasus, pengobatan dengan atau tanpa kemoterapi bisa memberikan peningkatan respon pengobatan yang bermakna. Bahkan, pada beberapa pasien harapan hidup lebih panjang," kata Dr.dr.Cosphiadi Irawan, Sp.PD, KHOM, dalam acara yang sama.
Ia menjelaskan, terapi target secara spesifik akan manergetkan proses biologis dari kanker.
Pada pasien kanker kolorektal, terapi target diberikan pada pasien stadium 4 yang kankernya sudah menyebar.
"Pada mereka yang kankernya progresif, terapi target memberi hasil yang bermakna," ujar Cos.
Pada pasien kanker kolorektal yang mendapat kemoterapi, harapan hidupnya bisa mencapai satu tahun, namun dengan kombinasi terapi target bisa mencapai 30 bulan.
"Terapi target juga memberi manfaat besar pada pasien kanker yang awalnya tidak bisa dioperasi menjadi bisa dioperasi," kata Fajar.
Sebelum diberikan terapi target yang umumnya melalui injeksi, menurut Cos, pasien harus melakukan pemeriksaan biomarker.
Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk mengetahui adakah obat akan cocok dan bisa bekerja dengan baik di tubuh pasien.
"Pemeriksaan ini juga menguntungkan pasien karena menghindari pemakaian obat yang tidak tepat dan biaya tidak perlu. Yang paling penting adalah efek samping minimal," katanya.
Gejala paling umum dari kanker kolorektal adalah susah buang air besar atau BAB berdarah. Namun, menurut Fajar, mayoritas pasien, bahkan sebagian dokter, menganggap gejala itu adalah wasir.
"Pasiennya jadi malu untuk berobat, sehingga kankernya sudah masuk stadium lanjut," katanya.
https://sains.kompas.com/read/2018/12/21/144032023/terapi-target-beri-harapan-hidup-pasien-kanker-kolorektal