KOMPAS.com - Fenomena unik terjadi di puncak Gunung Semeru. Puncak para dewa itu tertutup awan yang rupanya mirip topi caping para petani.
Seperti dijelaskan dalam artikel Kompas.com sebelumnya dan disebutkan oleh Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, awan unik ini berjenis Altocumulus Lenticular
Kepala Sub Bidang Prediksi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Agie Wandala Putra berkata bahwa Altocumulus Lenticular biasanya terbentuk di sekitar bukit-bukit dan gunung-gunung akibat pergerakan udara di kawasan pegunungan.
Namun, perlu ditegaskan bahwa fenomena ini tidak ada kaitannya dengan aktivitas Gunung Semeru.
"Tidak ada (kaitannya), kejadian serupa bisa terjadi pada gunung yang bukan gunung api," kata Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Wawan Irawan melalui pesan singkat, Selasa (11/12/2018).
Di samping awan berbentuk caping, Wawan juga menjelaskan bahwa pada tanggal 10 Desember 2018 kemarin cuaca di sekitar Gunung Semeru berawan, dengan tiupan angin yang lemah ke arah timur dan barat daya. Suhu udara pun terpantau sekitar 23-24 derajat celcius.
Awan yang menutupi puncak Semeru pun membuat asap kawah utama tertutupi, meskipun gunung api terlihat jelas.
Jika dilihat dari kegempaannya, terekam 26 kali gempa letusan (ER) dengan amplitudo 10-25 mm, dengan lama gempa 60-100 detik.
Gunung Semeru juga terekam 16 kali mengalami gempa hembusan (HB) dengan amplitudo 4-7 mm dengan lama gempa 20-120 detik. Lalu, tiga kali gempa tektonik jauh (TJ) dengan amplitudo 10-23 mm.
"Gunung Semeru pada tingkat aktivitas Waspada (level II)," tuturnya melalui pesan singkatnya, Selasa (11/12/2018).
https://sains.kompas.com/read/2018/12/11/200800323/semeru-bertopi-adakah-hubungannya-dengan-aktivitas-gunung