KOMPAS.com - Indonesia akan segera mempunyai sebuah observatorium baru yang dibangun di Timau, Kecamatan Amfoang Tengah, Kupang, Nusa Tenggara Timur. Observatorium baru yang telah dibicarakan sejak 1984 tersebut akan menjadi angin baru bagi bidang astrofisika di Indonesia.
Sejak rencana pembangunannya, salah satu yang menjadi pertanyaan adalah alasan pemilihan Timau sebagai tempat pembangunan.
Alasannya...
Dalam makalah yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Astronomy pada 3 Desember lalu juga disebut bahwa tempat paling menguntungkan untuk lokasi pembangunan observatorium astronomi adalah bagian Timur Indonesia.
Hal ini juga kembali ditegaskan oleh Emmanuel Sungging Mumpuni, peneliti dari Pusat Sains Antariksa (Pusainsa) Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN).
"Pemilihan lokasi Timau didasarkan pada kajian yang menunjukkan bahwa lokasi tersebut dianggap sebagai lokasi terbaik di Indonesia untuk pengamatan astronomi," ungkap Sungging kepada Kompas.com, Selasa (04/12/2018).
"Daerah NTT adalah salah satu daerah dengan iklim yg baik untuk pengamatan astronomi, yakni banyak malam cerah dalam setahun," sambungnya.
Ini menegaskan apa yang ditulis oleh Sungging dan koleganya dalam makalah tersebut bahwa fraksi kecerahan langit di Timau mencapai 70 persen.
Di luar itu, Sungging juga menyebut bahwa pembangunan observatorium ini juga diharapkan bisa mendorong pembangunan daerah sekitar.
Penting bagi Dunia
Pembangunan observatorium di Timau ini juga dianggap penting bagi banyak ahli astronomi Indonesia. Salah satunya karena belum banyak observatorium yang terletak di wilayah Kathulistiwa.
"Tidak banyak observatorium yang terletak di wilayah Kathulistiwa, sehingga memberi peluang berkontribusi pada pengamatan antariksa dari wilayah utara dan selatan," tutur Sungging.
"Selain itu memang di dunia internasional memang disadari bahwa perlu ada kontribusi pengamatan dari wilayah kathulistiwa," tambahnya.
Dengan kata lain, pembangunan observatorium ini memiliki peran penting bagi dunia.
"Dengan demikian, peran penting observatorium di wilayah Kathulistiwa bisa berkontribusi pada jejaring pengamatan internasional, misalnya jejaring pengamatan asteroid," tutur Sungging.
Dalam makalahnya, Sungging juga menyebut tentang kolaborasi yang mungkin dilakukan oleh ahli dari Indonesia dengan ahli-ahli dunia.
"Ada rencana untuk bergabung dengan Jaringan Observasi Asteroid Asia-Pasifik (APAON) untuk pengamatan benda-benda dekat-Bumi dan puing-puing ruang angkasa," tulis para peneliti.
"Penambahan observatorium baru ini ke jaringan akan sangat menguntungkan karena observasi asteroid masih kurang di kawasan Asia Tenggara," sambung mereka.
https://sains.kompas.com/read/2018/12/07/170800323/observatorium-baru-indonesia-kenapa-dibangun-di-timau-