KOMPAS.com – Zika merupakan penyakit yang disebarkan melalui gigitan nyamuk dan hubungan seks. Sampai saat ini, belum ada vaksin atau obat spesifik untuk menyembuhkan infeksi virus zika.
Sejak tahun 2015, perang terhadap virus zika telah melahirkan setidaknya 30 jenis vaksin, tetapi belum ada yang efektif menangkal virus zika. Padahal, dampak dari virus ini cukup mengkhawatirkan, khususnya bagi perempuan hamil karena dapat menyebabkan cacat lahir.
Akan tetapi, harapan akan vaksin virus zika kembali muncul ketika para peneliti dari John A Burns School of Medicine (JABSOM), Hawaii, mengembangkan kandidat vaksin untuk virus zika dan menunjukkan hasil yang efektif ketika dicobakan pada tikus dan monyet yang terinfeksi zika.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Immunology dan mSphere melalui akses terbuka American Society for Microbiology ini memaparkan tentang vaksin subunit rekombinan yang menggunakan sebagian kecil protein dari virus zika yang diproduksi di sel serangga.
Axel Lehrer, Asisten Profesor Kedokteran Tropis dan Penyakit Menular dari JABSOM yang penelitiannya bekerjasama degan Hawaii Biotech meyakini bahwa vaksin yang diusulkan timnya lebih aman daripada kandidat vaksin lainnya, khususnya bagi wanita hamil.
"Kami percaya kandidat vaksin kami menunjukkan hasil yang menjanjikan karena hanya membutuhkan dua imunisasi yang diberikan dengan jeda tiga minggu, ini juga bisa menjadi alternatif yang lebih aman dibanding kandidat lain yang sudah dalam uji klinis," jelas Lehrer seperti yang dikutip Science Daily pada Selasa (04/11/2018).
Menurut Alber To, salah satu penulis dalam studi ini, jika usulan ini terbukti berhasil, vaksin tersebut bukan hanya akan menyelamatkan nyawa masyarakat dunia, tapi juga mengangkat eksistensi Hawaii dalam dunia penelitian internasional.
"Hasil ini menempatkan kami di panggung dunia dan menyoroti bakat yang kami miliki di sini, di Hawaii. Terlibat dengan proyek ini telah memberi saya sekilas harapan tentang jenis penelitian dan hasil yang dibutuhkan dalam mengembangkan ide untuk terapi pencegahan yang digunakan oleh ribuan orang di seluruh dunia," ungkap To.
Kedepannya, para ilmuwan JABSOM akan terus bekerja untuk memahami respons kekebalan zika terhadap vaksin. Mereka berkolaborasi dengan University Hawai Kapiolani Community College dalam menciptakan antibodi yang dapat digunakan sebagai perawatan atau meningkatkan hasil tes diagnostik akan virus zika.
Penelitian terkait zika lainnya di JABSOM juga berfokus pada pemahaman bagaimana zika dapat bersembunyi tanpa terdeteksi di organ seks pria untuk jangka waktu yang lama.
https://sains.kompas.com/read/2018/12/06/190700023/dalam-uji-pra-klinis-vaksin-terbaru-untuk-virus-zika-terbukti-efektif