KOMPAS.com - Rencana pembangunan observatorium di pegunungan Timau, Kevmatan Amfoang Tengah, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) segera menjadi kenyataan. Observatorium ini bahkan digadang akan menjadi observatorium terbesar di Asia Tenggara.
Jauh sebelum rencana pembangunan di Timau, Indonesia sebenarnya sudah memiliki observatorium Bosscha. Meski telah berumur 90 tahun, Bosscha masih terus beroperasi hingga kini.
Seiring perkembangan teknologi dan sains, tentunya observatorium Bosscha tak lagi mumpuni untuk kebutuhan astrofisika saat ini.
Alasan tersebut juga diungkapkan oleh Emmanuel Sungging Mumpuni dari Pusat Sains Antariksa (Pusainsa) Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN) dan kolega dalam publikasi ilmiah di jurnal Nature Astronomy.
Lebih jauh, mereka menyebut bahwa Bosscha sebagai satu-satunya observatorium astronomi profesional di Indonesia telah dipengaruhi oleh polusi cahaya dari kota Bandung.
"Mengingat kemajuan pesat sains dan teknologi, penting untuk menjaga modernisasi fasilitas astronomi yang ada dan mengembangkan yang baru," tulis para peneliti.
Ini tentu menimbulkan pertanyaan, apa peningkatan yang ada di Observatorium Timau jika dibandingkan dengan Bosscha?
Menurut Sungging, salah satu perbedaan besar antara kedua observatorium itu terletak pada teleskop utama yang dipasang.
"Teleskop utama yang dipasang di Observatorium Nasional Timau berdiameter 3,8 meter, sedangkan teleskop utama di Observatorium Bosscha itu berdiameter 60 cm," ungkap Sungging melalui email kepada Kompas.com, Selasa (04/12/2018).
"Jadi dengan diameter kurang lebih enam kali lebih besar, bisa merekam obyek yang 36 kali lebih redup dibandingkan dengan pengamatan di Observatorium Bosscha," imbuhnya.
Tak hanya itu, Sungging juga menjelaskan bahwa fasilitas yang nantinya digunakan di Timau merupakan peralatan generasi baru.
"Sehingga bisa mengikuti perkembangan sains antariksa yang terkini," tegasnya.
https://sains.kompas.com/read/2018/12/05/213317623/sedang-dibangun-apa-upgrade-observatorium-timau-dari-bosscha