Anemon sendiri merupakan hewan laut dari kelas Anthozoa. Ia memiliki ratusan tentakel berbisa yang bisa menyengat predator, tapi tidak untuk nemo.
Sejak saat itu, banyak pihak yang penasaran mengapa ikan badut dapat hidup berdampingan dengan anemon dan tidak terpengaruh dengan sengatan tentakelnya?
Pertanyaan itu akhirnya berhasil dipecahkan ilmuwan dari Georgia. Menurut mereka, ikan badut melindungi diri dari sengatan ketika menggosokkan tubuhnya ke tentakel anemon.
Studi yang dimuat dalam jurnal Coral Reefs dan dipublikasikan Jumat (2/11/2018) mengungkap bahwa cara ini dapat mengubah susunan mikroba pada ikan badut dan membuatnya tetap aman.
"Ikan badut dan anemon adalah contoh simbiosis mutualisme yang tepat. Keduanya pun memiliki mikroba yang sama-sama suka makan lendir," kata Frank Stewart, profesor di Georgia Tech School of Biological Sciences, dilansir Science Daily, Rabu (28/11/2018).
Penelitian
Ikan badut dan anemon bertukar lendir ketika ikan badut menggosokkan tubuhnya ke anemon.
Untuk menganalisis apa yang sebenarnya terjadi, tim Stewart membawa ikan badut dan anemon, kemudian menganalisis mikroba di dalam lendir yang menutupi ikan badut saat tinggal di anemon dan tidak.
"Mikrobiomanya berubah. Saat melakukan kontak dengan anemon, dua bakteri yang kami lacak jumlahnya berlipat ganda," imbuh Zoe Pratte, peneliti di laboratorium milik Stewart dan tergabung dalam tim penulis studi.
"Selain itu kumpulan mikrobanya sangat berbeda antara ikan badut yang tinggal dengan anemon dan tidak," ujar Stewart.
Selama delapan minggu Stewart dan timnya menempatkan 12 ikan badut di enam tangki ikan untuk membersihkan lendir di tubuhnya dan mengidentifikasi mikroba melalui sekuensing gen.
Evolusi ikan badut
Selain penelitian yang dilakukan ahli dari Georgia, ilmuwan asal Australia juga meneliti simbiosis unik ini dan mereka menemukan bahwa ikan badut telah berevolusi selama 60 juta tahun agar tahan dari sengatan anemon dan dapat hidup berdampingan dengannya.
Seperti diterbitkan Kompas.id, Kamis (29/11/2018), hasil penelitian itu diterbitkan dalam laporan berjudul "Predasi Mendorong Konvergensi Berulang Dari Mutualisme Antar Spesies" dan dimuat di jurnal Ecology Letters.
Penelitian dilakukan tim ilmuwan Universitas Queensland dan Universitas Deakin Australia.
Salah satu peneliti dari Universitas Queensland, WIlliam Feeney mengatakan bahwa penelitian ini bertujuan untuk memahami asal-usul hubungan antara anemon dan ikan badut.
Ikan badut hidup di dalam dan di sekitar anemon, membantu mengusir predator anemon dan menyediakannya dengan makanan. Sebagai gantinya anemon memberikan perlindungan dengan tentakel yang menyengat.
"Ikan badut telah berevolusi untuk menahan sengatan anemon, sehingga akhirnya menjadi hubungan yang sangat menguntungkan bagi kedua spesies," tutur Feeney.
Feeney mengatakan, studi tersebut membantu menjelaskan bagaimana seleksi alam telah membentuk pola global keanekaragaman hayati.
"Kami menguji dan menegaskan gagasan yang sangat mendasar dan intuitif – tetapi secara logistik sulit – dalam ekologi evolusioner. Singkatnya, kami sedang mencari untuk mengetahui apakah tekanan eksternal, seperti predator, dapat menjelaskan evolusi berulang dari jenis kemitraan yang saling menguntungkan ini," paparnya.
Penelitian ini menggabungkan analisis genetik dengan percobaan lapangan di Polinesia Perancis untuk membangun pemahaman yang lebih baik tentang dinamika mutualisme ikan badut dan anemon.
Peneliti dari Universitas Deakin Rohan Brooker mengatakan tim menemukan bahwa mutualisme ikan badut dan anemon telah berevolusi setidaknya 55 kali dalam silsilah 16 keluarga ikan selama 60 juta tahun terakhir.
"Ini jauh lebih umum yang diperkirakan sebelumnya. Lebih dari seperempat keluarga ikan karang yang terkait karang memiliki setidaknya satu spesies yang berasosiasi dengan anemon," kata Brooker.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko predasi telah menyebabkan terjadinya hubungan mutualisme ini, dan kemitraan dengan anemon terutama menguntungkan ikan yang lebih kecil.
Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa predasi dapat menjelaskan evolusi independen perilaku kooperatif antar spesies, dan bahwa pola evolusi ini dapat diterapkan secara global.
"Jika kamu tidak menemukan Nemo, mungkin kamu harus mengaduk-aduk tentakel anemon," ujar Brooker, berseloroh.
https://sains.kompas.com/read/2018/11/29/204106223/inilah-alasan-mengapa-nemo-tidak-pernah-tersengat-anemon