Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ditemukan, Bakteri Laut di Samudra Pasifik yang Mengonsumsi CO2

KOMPAS.com – Sebuah temuan tidak terduga terjadi di kedalaman laut 4.000 meter. Sekelompok ilmuwan yang sedang mempelajari ekosistem di Zona Fraktur Clarion-Clipperton (CCFZ), di Samudra Pasifik antara Meksiko dan Hawaii, menemukan bakteri yang mampu mengonsumsi karbon dioksida (CO2).

Dilansir dari IFL Science, Rabu (21/11/2018), para peneliti menganalisis sampel sedimen yang diambil dari daerah CCFZ yang berlokasi di sebelah barat Meksiko, dan menemukan bahwa bakteri dasar laut di wilayah tersebut mengonsumsi karbon dioksida dalam jumlah yang besar.

"Kami menemukan bahwa bakteri laut mengambil karbon dioksida dalam jumlah besar dan mengasimilasikannya ke dalam biomassa mereka melalui proses yang tidak diketahui. Biomassa tersebut kemudian berpotensi menjadi sumber makanan bagi biota lain di laut dalam," ujar Andrew Sweetman peneliti dari Heriot-Watt University, Inggris yang memipin studi ini.

Ia melanjutkan, bakteri di wilayah tersebut hanya membutuhkan waktu satu sampai dua hari untuk mengonsumsi sampah organik yang menghasilkan karbon dioksida. Jika diukur secara umum, apa yang bakteri hasilkan setara dengan memperbaiki sekitar 200 juta ton karbon dioksida menjadi biomassa setiap tahunnya.

Uniknya, kondisi ini tidak hanya terjadi di wilayah CCFZ.

"Ini setara dengan menghilangkan sekitar 10 persen karbon dioksida setiap tahun, jadi ini merupakan bagian penting dari siklus karbon laut dalam. Kami menemukan kegiatan yang sama di beberapa lokasi penelitian yang dipisahkan oleh ratusan kilometer, jadi kami bisa berasumsi bahwa ini terjadi di CCFZ timur dan mungkin di seluruh CCFZ," jelas Sweetman.

Menurut studi yang diterbitkan pada jurnal Limnology and Oceanography ini, CCFZ merupakan daerah yang saat ini sedang dieksplorasi untuk pengembangan pertambangan nikel, tembaga, dan kobalt. Andrew Sweetman dan timnya kemudian melakukan survei untuk menilai keanekaragaman hayati di wilayah CCFZ dan memahami dampak penambangan laut dalam.

Melansir dari Newsweek, Sweetman berpendapat bahwa setiap kegiatan penambangan yang dilakukan di laut bisa merusak dasar laut hingga ratusan kilometer. Sementara itu, CCFZ sendiri merupakan rumah bagi spons laut dalam, anemon laut, udang, octopoda dan mikroba lain yang salah satunya mengonsumsi karbon dioksida.

"Oleh karena itu, penambangan laut dalam dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap mikroba yang secara aktif menghilangkan CO2. Jika sejumlah besar CO2 dikonsumsi setiap tahun oleh komunitas mikroba di dalam wilayah penambangan, penambangan dapat secara tidak sengaja mempengaruhi jasa ekosistem penting di laut dalam,” jelas Sweetman.

Sweetman berkata bahwa penelitian lebih lanjut untuk memahami dampak penambangan pada ekosistem laut harus dilakukan sebelum kegiatan penambangan dimulai.

"Kami perlu mengeksplorasi proses ini secara lebih rinci. Saat ini, kami tidak tahu dari mana energi untuk fiksasi CO2 berasal, dan apa yang bakteri perbaiki dalam biomassa mereka. Begitu kami mengetahui hal ini, kami akan dapat mulai menginterogasi data yang tersedia pada keragaman mikroba di laut dalam dan menilai di mana proses ini dimulai," pungkas Sweetman.

https://sains.kompas.com/read/2018/11/27/180700723/ditemukan-bakteri-laut-di-samudra-pasifik-yang-mengonsumsi-co2

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke