KOMPAS.com - Semut lebih sering dikenal dengan perilaku kerja samanya. Namun, ternyata bukan hanya itu saja.
Para ilmuwan percaya jika semut akan mengubah perilakunya ketika terpapar dengan penyakit. Ini dilakukan untuk melindungi koloninya, terutama sang ratu dan semut perawat.
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Science ini juga meyakini temuan tersebut sebagai bukti pertama yang menunjukkan bahwa hewan dapat mengubah perilaku untuk membendung penyebaran penyakit di koloni mereka.
Koloni semut merupakan komunitas yang kompleks. Masing-masing semut akan berinteraksi sesuai dengan kelompok mereka, tergantung dengan usia serta perannya.
Semut perawat akan merawat semut muda, sementara semut pekerja yang lebih tua akan keluar dari sarang untuk mengumpulkan makanan. Nah, semut pekerja inilah yang paling mungkin membawa masuk penyakit ke koloni.
Para ilmuwan melakukan penelitian ini dengan cara menandai puluhan ribu semut. Kemudian, mereka menggunakan kamera inframerah untuk mempelajari gerakan mereka.
Diketahui sebanyak 10 persen sampel semut pekerja terkena jamur yang menular dengan mudah melalui kontak.
Lantas, tim mengawasi dengan seksama untuk melihat apakah tindakan mereka kemudian berubah.
Hasilnya, mereka menemukan bahwa semut berperilaku profilaksis atau melindungi koloni mereka dari penyakit, terutama ratu dan perawat.
Sylvia Cremer dari Institute of Science and Technology Austria (IST Austria) menjelaskan jika semut mengubah cara mereka berinteraksi dan dengan siapa mereka berinteraksi ketika jatuh sakit.
"Semut dalam kelompok menjadi lebih kuat dan kontak antara kelompok menjadi berkurang. Pekerja akan lebih banyak berinteraksi dengan pekerja, perawat juga berinteraksi dengan perawat. Bahkan semut yang tidak terkena jamur juga mengubah perilaku mereka. Ini adalah respons dari seluruh koloni," katanya.
Semut mengisolasi dirinya sendiri ibarat mengambil jatah libur kerja agar mengurangi kontak dengan rekan kerja yang terkontaminasi.
"Ini memang masuk akal. Bagi orang yang menderita penyakit menular, akan lebih baik tetap berada di rumah daripada datang dan bekerja lalu menulari rekan kerja mereka," kata Laurent Keller, Profesor Ekologi Evolusioner dari University of Lausanne.
Sementara itu, Nathalie Stroeymeyt, peneliti lain yang terlibat berkata bahwa perubahan perilaku ketika semut mendeteksi patogen tidak hanya akan mengurangi potensi mematikan, tetapi juga meningkatkan kesempatan mereka untuk menerima dosis patogen lebih rendah.
Dengan demikian, paparan penyakit tidak menyebabkan kematian tetapi mengarah pada imunisasi.
Meski begitu, studi ini tidak dapat menjawab apakah semut yang sakit akan berhenti bekerja secara permanen atau tidak.
https://sains.kompas.com/read/2018/11/24/190600923/bukan-cuma-manusia-semut-pun-mengenal-cuti-sakit