KOMPAS.com — "Orang bodoh menganggap dirinya bijaksana, tapi orang bijak tahu bahwa dirinya bodoh." Kutipan tulisan dari William Shakespeare dalam bukunya As You Like It itu agaknya benar.
Dalam studinya, psikolog sosial David Dunning dan Justin Kruger membenarkan apa yang ditulis Shakespeare. Fenomena ini sekarang dikenal dengan istilah efek Dunning-Kruger.
Dengan kata lain, jika tidak terlalu yakin dengan kecerdasan diri sendiri, bisa jadi itu adalah tanda bahwa sebenarnya Anda cukup cerdas dan bijaksana untuk menyadari keterbatasan yang dimiliki.
Di luar fenomena ini, setidaknya ada 15 tanda lain bahwa Anda mungkin cerdas, tapi tak menyadarinya. Berikut 15 tanda tersebut dilansir dari Business Insider, Kamis (15/11/2018).
1. Belajar Alat Musik
Beberapa penelitian menemukan bahwa musik bisa membantu pikiran anak-anak untuk berkembang.
Studi tahun 2011, misalnya, menemukan bahwa skor kecerdasan verbal anak usia 4 hingga 6 tahun meningkat hanya setelah mereka belajar musik.
Contoh lain adalah penelitian tahun 2004 oleh Glenn Schellenberg. Di menemukan, IQ anak berusia 6 tahun yang belajar memainkan keyboar atau latihan vokal selama 9 bulan lebih berkembang dibanding anak lainnya.
2. Anak Pertama
Sebuah penelitian menyebutkan, anak sulung biasanya lebih cerdas. Tapi hal ini bukan perkara genetik.
Ahli epidemiologi asal Norwegia menggunakan catatan militer untuk mengamati urutan kelahiran, status kesehatan, dan skor IQ dari 250.000 tentara pria berusia 18 dan 19 tahun yang lahir antara tahun 1967 hingga 1976.
Hasilnya menunjukkan, rata-rata anak pertama memiliki IQ 103, dibanding anak kedua dengan skor 100, dan anak ketiga memiliki skor 99.
"Temuan ini merupakan salah satu studi penting yang diterbitkan pada Juni 2007. Anak sulung memiliki sedikit perbedaan skor IQ rata-rata dibanding anak kedua dan ketiga. Meski sedikit, perbedaan tersebut cukup signiifikan," laporan dari New York Times tahun 2007.
"Dan ini menunjukkan perbadaan bukan karena faktor biologis, tapi psikologi yang saling memengaruhi antara orangtua dan anak," imbuh laporan tersebut.
3. Kurus
Dalam sebuah laporan penelitian yang terbit tahun 2006, para ilmuwan memberikan tes kecerdasan pada 2.200 orang dewasa. Tes tersebut dilakukan selama periode lima tahun.
Hasil pengamatan menunjukkan, semakin besar ukuran pinggang seseorang, semakin rendah kemampuan kognitifnya.
Studi lain yang terbit di tahun yang sama juga menampilkan hasil mirip.
Mereka menemukan anak berusia 11 tahun mendapat skor lebih rendah pada tes verbal dan nonverbal lebih berisiko mengalami obesitas pada usia 40 tahun.
Para ilmuwan menjelaskan, anak-anak yang lebih pintar umumnya mengejar peluang pendidikan lebih baik, mendapatkan status lebih tinggi, dan pekerjaan dengan bayaran lebih tinggi. Hal tersebut yang menyebabkan mereka mau tidak mau akan lebih baik dalam menjaga kesehatan.
Penelitian yang lebih baru juga menunjukkan kecenderungan yang sama pada anak usia pra-sekolah. Para peneliti menemukan, IQ lebih rendah terkait dengan Indeks Massa Tubuh yang lebih tinggi.
6. Suka Kucing
Sebuah penelitian pada 2014 mengamati 600 mahasiswa perguruan tinggi untuk mengidentifikasi bagaimana skor kecerdasan orang yang lebih suka anjing dan kucing.
Hasilnya, orang yang lebih menyukai kucing punya skor tes yang lebih tinggi.
7. Minum ASI Saat Bayi
Sudah bukan rahasia lagi, air susu ibu (ASI) memiliki banyak manfaat bagi tumbuh kembang anak. Salah satunya berhubungan dengan kecerdasan anak.
Sebuah penelitian tahun 2007 menyimpulkan bahwa bayi yang mendapatkan ASI cenderung tumbuh menjadi anak yang lebih cerdas.
Hal ini didapatkan setelah para peneliti mengamati 3.000 anak di Inggris dan Selandia Baru. Anak-anak yang mendapatkan ASI saat bayi memiliki skor IQ yang lebih tinggi 7 poin.
8. Bertubuh Tinggi
Sebuah penelitian yang terbit pada 2008 menemukan bahwa anak-anak yang bertubuh tinggi memiliki skor IQ yang lebih tinggi. Sementara orang dewasa yang lebih tinggi bisanya menghasilkan uang lebih banyak.
"Pada usia 3 tahun—sebelum bersekolah adalah kesempatan yang sangat penting—dan sepanjang masa kanak-kanak, anak-anak yang lebih tinggi memiliki kinerja yang jauh lebih baik pada tes kognitif," tulis para peneliti.
9. Belajar Membaca Lebih Cepat
Tahun 2012 lalu, para peneliti mengamati hampir 2.000 pasangan kembar identik di Inggris.
Mereka menemukan bahwa saudara yang belajar membaca lebih dulu memiliki skor lebih tinggi dalam tes kemampuan kognitif.
10. Lebih Sering Cemas
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa orang yang lebih sering merasakan kecemasan mungkin lebih cerdas daripada yang lain dengan cara tertentu.
Dalam sebuah penelitian misalnya, perneliti mengamati mahasiswa sarjana untuk mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering mereka khawatir.
Kuesioner itu juga menanyakan seberapa sering mereka merenyng atau berpikir terus menerus tentang aspek situasi yang membuat mereka kesal.
Hasilnya, orang yang sering merasa khawatir dan mereung memiliki skor lebih tinggi dalam tes kecerdasan verbal.
11. Lucu
Sebuah studi meminta 400 mahasiswa psikologi untuk melakukan tes kecerdasan yang mengukur kemampuan penalaran abstrak dan kecerdasan verbal.
Para responden kemudian diminta untuk membuat teks untuk beberapa kartun (animasi lucu) New Yorker. Teks tersebut kemudian dinilai oleh penilai independen.
Hasilnya, mahasiswa yang memiliki kecerdasan lebih tinggi dinilai lebih lucu.
12. Rasa Penasaran Tinggi
Tomas Chamorro-Premuzi, profesor psikologi bisnis di University of London, sempat membahas bagaimana rasa penasaran merupakan satu hal yang istimewa.
"Ini belum dipelajari secara mendalam seperti EQ dan IQ, tetapi ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa hal itu sama pentingnya ketika mengelola kompleksitas dalam dua cara utama," kata Chamorro-Premuzi.
Menurutnya, orang dengan rasa penasaran tinggi biasanya lebih toleran terhadap ambiguitas dan perbedaan. Itu karena orang yang selalu ingin tahu memiliki gaya berpikir yang halus dan canggih untuk mendefinisikan esensi kompleksitas.
Selain itu, rasa penasaran juga mengarah pada investasi intelektual yang tinggi. Sebuah studi Goldsmiths University of London menemukan bahwa investasi intelektual memainkan peran penting dalam pertumbuhan kognitif seseorang.
13. Berantakan
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Kathleen Vohs dari University of Minnesota Carlson mengungkapkan, bekerja di ruangan yang berantakan sebenarnya adalah bahan bakar kreativitas.
Dalam studi tersebut, 48 responden diminta untuk memanfaatkan bola pingpong dengan cara yang tidak biasa. 48 peserta ini dibagi menjadi dua kelompok, yang bekerja di ruangan rapi dan di ruangan berantakan.
Hasil yang dipublikasikan dalam jurnal Psychological Science, orang yang bekerja di ruangan rapi cenderung melakukan respons kurang kreatif dibanding orang yang ada di ruang berantakan.
14. Sering Begadang
Penelitian yang diterbitkan dalam The Official Journal of the International Society for the Study of Individual Differences menemukan, orang yang sering begadang cenderung lebih cerdas dibanding orang yang mudah bangun pagi.
Temuan ini menunjukkan bukti etnografi dari evolusi manusia. Seperti yang kita ketahui, dalam berbagai budaya kegiatan malam hari jarang dilakukan pada masa lalu.
Ini artinya, orang lebih cerdas cenderung begadang karena berhubungan dengan evolusi manusia.
15. Tidak Berusaha Keras
Untuk hal-hal tertentu, orang yang lebih cerdas tidak berusaha keras dalam mengerjakannya. Hal ini diungkapkan oleh psikolog David Hambrick dan Elizabeth Meinz dalam opini di New York Times.
Mereka mengutip penelitian yang dilakukan oleh Vanderbilt University. Mereka kemudian menyimpulkan bahwa ada kemampuan bawaan tertentu yang tidak dapat selalu dipelajari tapi dimiliki begitu saja pada beberapa orang.
https://sains.kompas.com/read/2018/11/18/093400123/15-tanda-kecerdasan-apakah-anda-termasuk